Jumat, 05 Desember 2014


TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
SINDROM NEFROTIK

                                           LOGO-STIKES-BETHESDA
Di susun Oleh :
Vinsensius Bate: Manggarai,NTT


PROGRAM  STUDI  ILMU  KEPERAWATAN 
STIKES BETHESDA YAKKUM PROGRAM B
YOGYAKARTA
2013/2014

SINDROM NEFROTIK

KONSEP DASAR MEDIS
1.      Pengertian
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan protein urin (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dana kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). (Nursalam, 2009)

Sindrom nefrotik atau nefrosisi bukan satu penyakit tetapi sekelompok gejala, termasuk albuminemia, hipoalbuminemia, udem, hiperlipidemia, dan likuria. Sindrom nefrotik dikaitkan dengan dengan reaksi alergi (gigitan serangga, serbuk sari, glumerulonefritis akut), infeksi (hepes zoster), penyakit sistemik (DM), masalah sirkulasi (gagal jantung kongesti berat), kanker(penyakit hodgkin, paru, kolon dan mamae), transplantasi ginjal dan kehamilan.
 (Baradero, 2008)

Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma, yang menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. (Betz, 2009)

2.      Etiologi
Etiologi sindrom nefrotik pada anak-anak adalah idiopatik. Sindrom nefrotik paling sering ditemukan pada anak-anak.  Penyebab-penyebab sindrom nefrotik ini dapat digolongkan menjadi jenis primer dan sekunder.
Primer :
·         Penyakit kongenital
·         Sindrom nefrotik perubahan minimal
      Sekunder :
·         Penyakit pasca infeksi (glomerulonefritis, infeksi bakteri sistemik, hepetitis B, HIV, Endokarditis bakterial subakut)
·         Penyakit Vaskuler (Sindrom uremik-hemolitik, Trombosis vena renalis, Sindrom goodpasture)
·         Penyakit keluarga( Sindrom Alport, Diabetes )
·         Obat dan logam berat
·         Nefrosis alergik

3.      Klasifikasi  
a.       Sindrom nefrotik perubahan-minimal(MCNS, minimal-change nefrotic syndrome) memperlihatkan morfologi glomerolus yang pada pemeriksaan mikroskop cahaya tampak sedikit berbeda dari normal. Mungkin terdapat sedikit perubahan pada mesangium tetapi imunoglobulin biasanya tidak ada, dan pada mikroskop elektron tidak diamati adanya endapan. Satu-satunya perubahan signifikan yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskop elektron adalah fusipodosit sel epitel.
b.      Glomerulosklerosis global fokal(FGGS, focal global glomeruloscleris), adalah glomerolus yang mengalami sklerosis global di beberapa fokus daerah, dengan glomerolus sisa yang normal. Arti dari lesi sedemikian belum diketahui karena menghilangnya glomerolus normal terjadi melalui sklerosis global. Jika terjadi pada <5% glomerolus, kondisi tersebut mungkin normal.
c.       Glomerolus sklerosis segmental fokal(FSGS, focal segmental glomerolus sclerosis), menggambarkan lesi yang sejumlah glomerolusnya terkena sklerosis segmental(satu lobulus atau bagian di dalam glomerolus), dengan glomerolus sisa yang normal. Karena bersifat fokal dan sering hanya terbatas pada nefron jukstamegdular, lesi ini dapat luput pada pemeriksaan biopsi ginjal.
d.      Glomerulo nefritis proliferatif mesangium(MPN, mesangial proliferatife glomerulonefritis)
e.       Glomerulo nefritis membrano proliferatif(MPGN, membranous proliferatife glomerulo nephritis). Ini terjadi pada ±8% anak baru dengan NS yang tidak diseleksi, dan lebih dari 95% pasien tersebut tidak berespon terhadap regimen steroid standar
f.       Glomerulo nefritis membranosa (MGN, membranous glomerulonephritis), bertanggung atas hanya 1-2% masa kanak-kanak. Pada sebagian besar pasien seperti itu onset klinis yang terjadi dapat menyerupai onset MCNS, tetapi respon yang buruj terhadap terapi steroid merupakan ciri yang jelas.
g.       Lesi lain, termasuk glomerulo nefritis proliferatif dan glomerulo nefritis kronis terjadi pada ± 5% anak denga NS, tetapi tanda klinis yang terjadi biasanya begitu berbeda dari tanda klinis MCNS. Sehingga dapat dengan mudah dibedakan. Kebanyakan tidak berespon terhadap terapi apapun.

4.      Patofisiologi (Nursalam, 2009)
a.       Pada berbagai kondisi kerusakan membran kapiler glomerolus yang serius seperti pada glomerulonefritis kronis, DM dengan glomerulonefrosis interkapiler, amiloidosis ginjal, SLE, dan tumor ganas sekunder(pada dewasa tua).
b.      Hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan onkotik, menyebabkan edema menyeluruh dimana cairan keluar dari permukaan vaskuler
c.       Penurunan volume sirkulasi dan penurunan aktifitas sistem renin angiotensin yang menyebabkan retensi sodium dan edema
d.      Mekanisme peningkatan lipid yang tidak diketahui
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein terutama albumin kedalam urin. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya, jika albumin terus menerus hilang melalui ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadinya penurunan tekanan onkontik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang ekstraseluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis hipoprotein di hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah(hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal interinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerolus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia. Penyebab sindrom nefrotik glomerulonefritis kronis, diabetes miletus disertai glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus eritematosus sistemik, dan trombosis vena renal.
Respon perubahan patologis pada glomerolus secara fungsional akan memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerolus progresif cepat.



Pathway
Rounded Rectangle: Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasmaRounded Rectangle: Penurunan volume cairan vaskular                                                            


 
                                                    








Rounded Rectangle: Akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen
 





























5.      Manifestasi klinis
a.       Kejadian pitting edema: berat badan bertambah
b.      Proteinuria: mengakibatkan kehilangan protein tubuh
c.       Hiperlipidemia: mengakibatkan arterosklerosis
d.      Distensi abdomen karena oedem yang mengakibatkan kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia.   

6.      Pemeriksaan diagnostik
Uji Urine :
a.       Urinalisis: proteinuria, hematuria
b.      Uji Dipstick urine ( hasil positif untuk protein dan darah )
c.       Bj Urine ( meningkat karena proteinuria )
d.      Osmolalitas Urine ( meningkat )
Uji Darah :
a.       Kadar albumin serum → menurun.
b.      Kadar Kolesterol serum → meningkat.
c.       Kadar trigliserid serum → meningkat.
d.      Kadar hemoglobin dan hematokrit → meningkat.
e.       Hitung trombosit meningkat.
f.       Kadar elektrolit serum.

7.      Pemeriksaan Diagnostik.
Biopsi ginjal mengindikasikan status glomerular terhadap penatalaksanaan medis.

8.      Epidemologi.
·         Sindrom nefrotik dapat mempengaruhi semua jenis umur.
·         Gangguan ini lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan.
·         Sindrom nefrotik ering terjadi pada anak-anak yang berusia antara 2 sampai 7 tahun.
·         Umumnya merupakan suatu penyakit gangguan sistem imun.



9.      Penatalaksanaan Medik
·         Pemberian Kortikosteroid untuk menginduksi remisi.
·         Pengganti Protein.
·         Pengurangan oedem ( terapi diuretik, pembatasan natrium )
·         Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
·         Pengobatan nyeri.
·         Pemberian antibiotik.
·         Terapi imunosupresif.

10.  Komplikasi
a.       Syok Hipovolemi.
b.      Gangguan pernapasan.
c.       Infeksi.
d.      Gagal tumbuh.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Kaji riwayat munculnya gejala seperti perubahan karakteristik urin dan edema
b.      Lakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati edema dan hipovolemia
c.       Kaji tanda vital, asupan dan pengeluaran, nilai laboratorium, dan ukur berat badan setiap hari
2.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.
a.       Kelebihan volume cairan.
b.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
c.       Intoleransi aktifitas.
d.      Ketidakefektifan pola napas.
e.       Resiko infeksi.




DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily. L, Linda A. Swoden (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 5, Jakarta, EGC.
Hidayat. A. Alimul (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 2, Jakarta, Salemba Medika.
Nelson (1992), Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 3, Jakarta,
Ngastiyah. (1997), Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC.
Nursalam (2009), Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak, Jakarta, Salemba Medika. 
Wong Donna L (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2, Jakarta, EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar