Jumat, 05 Desember 2014

ASKEP HIRSCHSPRUNG


PENYAKIT HIRSCHSPRUNG
Vinsensius Bate: Manggarai,NTT

1.       PENGERTIAN
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan diebabkan leh kelainan inervasi usus, di mulai dari sfingter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi.. (Behrman, 1996)
Penyakit hisprung disebabkan oleh tak adanya sel ganglion kongenital dalam pleksus intramural usus besar. Segmen yang terkena bisa sangat pendek. Tampil pada usia muda dengan konstipasi parah. Enema barium bisa menunjukkan penyempitan segmen dengan dilatasi colon di proksimal. Biopsi rectum bisa mengkonfirmasi diagnosis, jika jaringan submukosa di cakup. Terapi simtomatik bisa bermanfaat, tetapi kebanyakan pasien memerlukan pembedahan (G. Holdstock, 1991)
2.      ANATOMI DAN FISIOLOGI

Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira 2,5 meter panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, 6 meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ilio-kloika, tempat bersambungnya usus besar.
Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar dibagi dalam beberapa bagian:
a.       Duodenum:
Adalah bagian usus halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala pancreas. Saluran empedu dan saluran pancreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika, dan ampula vateri 10 cm dari pirolus.
b.      Yeyunum
Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
c.       Ileum
Menempati 3/5 akhir.
Dinding usus halus terdiri atas ke 4 lapisan yang sama dengan lambung.
  1. Dinding lapisan luar
Adalah membrane serosa yaitu peritoneum yang membalut usus halus dengan erat.
  1. Dinding lapisan berotot.
Terdiri dari 2 lapis serabut saja, lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal, dan dibawahnya adalah lapisan tebal terdiri atas serabut sirkuler. Diantara kedua lapisan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan plexus saraf.
  1. Dinding sub mukosa dan mukosa
Terdapat antara otot sirkuler dan lapisan terdalam yang merupakan perbatasannya. Dinding submukosa ini terdiri atas jaringan areolar dan berisi banyak pembuluh darah dan saluran limfe, klenjar dan plexus saraf yang disebut plexus meisser.
  1. Dinding mukosa dalam
Dinding mukosa dalam yang menyelaputi sebelah dalamnya,disusun berupa kerutan tetap seperti jala,yang disebut valvulae koniventes,yang memberi kesan anyaman halus.Lipatan ini menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi.

USUS BESAR.


Usus besar atau kolon kira-kira 1,5 meter adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup iliokolik atau ilioseikal yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic didalam usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi..
Kolon mulai pada kantong yang mekar padanya terdapat appendix vermiformis. Fungsi serupa dengan tonsil sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian dibelakang sekum atau retrosekum. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik melalui daerah daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah hati berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilical sebagai kolon transvesus. Dibawah limpa ia berbelok sebagai fleksura sinistra atau flexura linealis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens. Didaerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan bibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar menjadi rectum.
Rektum adalah 10 cm terbawah usus besar, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan esternal.

Stuktur kolon
      Struktur kolon terdiri atas 4 lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus, dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubeler dalam usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang memuat sel cangkir
Struktur rectum serupa dengan yang pada kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membrane  ukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus.di dalam saluran anus ini serabut otot sirkuler menebal membentuk otot sfinkter anus interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya: epithelium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfinter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup

Fungsi dari usus besar yaitu :
  1. absorbsi air, garam dan glukosa
  2. sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
  3. penyimpan selulosa yang berupa hidrat karbon didalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi
  4. defekasi: pembuangan air besar
3.       ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Budi, 2010).

4.      MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi akibat dari  kelumpuhan  usus besar dalam menjalankan fungsinya, sehingga tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan (Budi, 2010). 
Menurut Sodakin (2011) gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah:
Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman)
  1. Malas makan
  2.  Muntah yang berwarna hijau
  3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):
  1.  Tidak dapat meningkatkan berat badan
  2. Konstipasi (sembelit)
  3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
  4. Diare cair yang keluar seperti disemprot
  5. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.
Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :
  1. Konstipasi (sembelit)
  2. Kotoran berbentuk pita
  3. Berbau busuk
  4. Pembesaran perut
  5. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)
  6. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia
5.      PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).







PATHWAY
Resiko infeksi
 
6.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.         Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
1)      Daerah transisi
2)      Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
3)      Entrokolitis padasegmen yang melebar
4)      Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
b.        Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
c.                                 Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
d.        Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
e.         Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
f.         Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi  pembusukan.
7. PENATALAKSANAAN
a.                            Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
1)      Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2)      Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif.
1)       Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a)      Prosedur duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik
b)      Prosedur swenson
Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
c)      Prosedur soave
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa
2)      Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b.        Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a)      Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b)      Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c)      Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d)     Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ). Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).
8. PROGNOSA
Prognosis penyakit hirschsprung yang diterapi dengan pembedahan umumnya memuaskan, sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan tinja.
9.  KOMPLIKASI
  1. Obstruksi usus
  2. Konstipasi
  3. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
  4. Entrokolitis
  5. Struktur anal dan inkontinensial ( post operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

10. EPIDEMIOLOGI
Hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonatus, dengan insiden 1:1500 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak daripada perempuan 4:1 dan ada insiden keluarga pada penyakit segmen panjang. Hisprung dengan bawaan lain termasuk sindrom down, sindrom laurance moon-barderbield dan sindrom wardenburg serta kelainan kardivaskuler
B. KONSEP KEPERAWATAN
  1. PENGKAJIAN
a.         Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
b.         Riwayat Keperawatan
1)    Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
2)   Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
3)    Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
4)   Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
5)   Riwayat kesehatan lingkungan.
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
6)   Imunisasi.
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.           Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
b.          Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
c.           Ansietas berhubungan dengan kurang informasi.
3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
a.         Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
NOC :
·         Memperlihatkan status gizi, asupan makanan dan cairan
·         Mempertahankan BB
·         Mempertahankan  masa tubuh dan BB dalam batas normal
·         Melaporkan tingkat energi yang adekuat
NIC :
·         Ketahui makanan kesukaan pasien
·         Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
·         Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan  
b.         Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
NOC :
·         Konstipasi  menurun dibuktikan dengan defekasi
·         Melaporkan keluarnya  feses disertai berkurangnya nyeri dan mengejan
·         Mempertahankan hidrasi yang adekuat (turgor kulit baik, asupan cairan seimbang dengan haluran)
NIC :
·         Kaji faktor penyebab masalah
·         Ajarkan mengenai karakteristik normal eliminasi dan bandingkan dengan gejala konstipasi
·         Pantau pola defekasi : frekuensi, konsistensi, bentuk, warna
·         Berikan umpan balik positif untuk pasien saat terjadi perubahan tingkah laku
c.         Ansietas berhubungan dengan kurang informasi
NOC :
·         Ansietas berkurang
·         Pasien/ keluarga akan melanjutkan aktifita yang dibuktikan walaupun mengalami kecemasan
·         Identifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas
NIC :
·         Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan
·         Kaji penyebab ansietas
·         Dampingi pasien saat ansietas dan berikan rasa nyaman
·         Beri dukungan dan dorongan untuk mengungkapkan secara verbal  dalam mengekspresikan ansietas

4.      EVALUASI
a.       Terjadi keseimbangan nutrisi
b.      Eliminasi kembali normal
c.       Keluarga tidak mengalami kecemasan

5.      ASPEK LEGAL ETIK
Advokat
Membela hak klien dengan: Memberikan perawatan sebaik mungkin kepada pasien. Jika dalam melakukan suatu tindakan, pasien tidak didampingi oleh keluarga nya atau kerabat dekat nya maka sebagai perawat kita dapat meminta persetujuan dari pasien itu sendiri bila masih dalam keadaan sadar, sehingga bukti hukum menjadi kuat dan semua tindakan dilakukan secara legal.
Kode Etik
a.       Kita harus memberikan informasi yang sebenarnya mengenai keadaan atau kondisi pasien..
b.      Memberikan tindakan keperawatan sesuai prosedur perawatan dan penuh tanggungjawab.
c.       Memberikan tindakan tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain nya.
d.      Menjaga privasi pasien mengenai penyakitnya.







  1. PENDIDIKAN KESEHATAN

                                          SATUAN ACARA PENYULUHAN                                         
(SAP)

Tema                                      : Sistem Pencernaan
Sub Tema                               : Penyakit Hirschsprung
Sasaran                                  : Orangtua An. D
Tempat                                   : Rumah Sakit  Bethesda
Hari/Tanggal                         : Kamis, 28 Februari 2013
Waktu                                                : 30 Menit

A.  Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit orangtua An. D diharapkan dapat menjelaskan penyakit Hirschsprung

B.  Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Klien dapat:
1.      Menjelaskan pengertian penyakit Hirschsprung dengan benar
2.      Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit Hirschsprung
3.      Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit Hirschsprung
4.      Menjelaskan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung
5.      Menjelaskan patofisiologi penyakit Hirschsprung

C.  Materi
1.      Pengertian penyakit Hirschsprung
2.      Faktor penyebab dari penyakit Hirschsprung
3.      Tanda/gejala penyakit Hirschsprung
4.      Penatalaksanaan penyakit Hirschsprung
5.      Patofisiologi penyakit Hirschsprung

D.  Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

E.  Kegiatan Penyuluhan
No
Kegiatan
Penyuluh
Peserta
Waktu
1.
Pembukaan
·         Salam pembuka
·         Menyampaikan tujuan penyuluhan
·         Menjawab salam
·         Menyimak,
Mendengarkan, menjawab pertanyaan
5 Menit
2.
Kerja/ isi
·       Penjelasan pengertian, penyebab, gejala, penatalaksanaan dan patofisiologi penyakit Hirschsprung
·       Memberi kesempatan peserta untuk bertanya
·       Menjawab pertanyaan

·       Evaluasi
·         Mendengarkan dengan penuh perhatian

·         Menanyakan hal-hal yang belum jelas
·         Memperhatikan jawaban dari penceramah
·         Menjawab pertanyaan
 15 menit
3.
Penutup
·         Menyimpulkan
·         Salam penutup
·      Mendengarkan
·      Menjawab salam
10 Menit


F.   Media
Leaflet: Tentang penyakit Hirschsprung
G. Evaluasi
Formatif:
1.      Klien dapat menjelaskan pengertian penyakit Hirschsprung
2.       Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit Hirschsprung
3.      Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit Hirschsprung
4.      Klien  mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit Hirschsprung
Sumatif:
Klien dapat memahami penyakit penyakit Hirschsprung


Yogyakarta, 28 Februari 2013

Pembimbing                                                                                  Penyuluh



(-------------------------------)                                                 (---------------------------------)















Jurnal
Probiotik profilaksis setelah pullthrough untuk penyakit Hirschsprung untuk mengurangi kejadian enterocolitis: A, prospektif acak, double-blind, plasebo-terkontrol, percobaan multicenter.
El-Sawaf M, S Siddiqui, Mahmoud M, Drongowski R, Teitelbaum DH.
sumbe
r:
Bedah Pediatric Unit, Departemen Bedah, Tanta University, Tanta, Mesir.
abstrak
TUJUAN:
Hirschsprung-terkait enterocolitis (HAEC) merupakan salah satu masalah paling sulit yang dihadapi setelah pullthrough a. Kami berhipotesis bahwa pemberian profilaksis probiotik setelah prosedur pullthrough akan menurunkan kejadian HAEC.
BELAJAR DESAIN:
A, prospektif double-blind, plasebo-terkontrol, uji coba secara acak dilakukan di rumah sakit 2 anak-anak. Bayi mengalami pullthrough secara acak probiotik atau plasebo selama 3months pasca-pullthrough. Hasil utama adalah kejadian pasca-operasi HAEC. Hasil lain termasuk keparahan HAEC oleh kelas klinis, jumlah episode HAEC dan tingkat aganglionosis. Pearson Chi Square analisis, serta regresi logistik, digunakan untuk analisis statistik.
HASIL:
Enam puluh dua pasien direkrut (Situs: A = 40, B = 22). Salah satunya mangkir dan satu pasca-op kematian tidak termasuk dalam analisis akhir. Probiotik yang diberikan kepada 32 pasien. Distribusi plasebo / probiotik adalah sama antara situs (P = 0,858). Usia rata-rata di pullthrough adalah 6,5 ± 8,1 (± SD) bulan. Kejadian HAEC adalah 28,3%. Kejadian HAEC secara statistik tidak berbeda antara kedua kelompok probiotik dan plasebo.
KESIMPULAN:
Insiden HAEC tidak berkurang dengan probiotik profilaksis. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk lebih menentukan etiologi dan cara yang mungkin untuk mencegah kondisi yang kompleks.
Hak Cipta © 2.013 Elsevier Inc All rights reserved.
Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23331802
DAFTAR PUSTAKA

Behrrnan, Richard. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC.
FKUI. 2005. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :Infomedika.
L. Wong, Donna. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
SODIKIN. 2011. Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar