Kamis, 11 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA


                                                                                                      VINSENSIUS BATE,,''MANGGARAI
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN ASMA

A.    KONSEP DASAR MEDIS
1.      DEFINISI
Asma  adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma  (Ngastiyah, 2005).
Asma  adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma  adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat didada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak menganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009).


2.      EPIDEMIOLOGI
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asama. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi dimasa yang akan datang serta menganggu kualitas hidup pasien. Who melaporkan jumlah kematian didunia tahun 2008 yang diakibatkan asma sekitar 284.00 jiwa. Jumlah kematian akibat asma dikawasan Asia Tenggara  sekitar107.000 jiwa. Baik didunia maupun dikawasan Asia Tenggara jumlah kematian lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. DiIndonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasi penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun prevalensi asma masih 2,1 %, sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar) menunjukan prevalensi pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut diatas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009).

3.      ANATOMI FISIOLOGI




Anatomi Sistem Pernafasan
a.       Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat, 2006).
b.      Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
c.       Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d.      Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e.       Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
f.       Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

Fisiologi Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.  Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.

Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh pusat pernafasan yang terletak pada medulla oblongata. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.Proses fisiologis pernafasan dimana O2 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan CO2 dikeluarkan ke udara,
Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.
a.       Ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru.
b.      Transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari O2 dan CO2 dengan darah. 
Respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan CO2 yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Price, 2005).

4.      ETIOLOGI
Adapun faktor penyebab dari asma  adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi.
1)      Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan
2)      Faktor non infeksi seperti faktor alergi, iritan, perubahan cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).

Faktor Pencetus
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkhial, adalah:
·         Allergen
Allergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
·         Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus.Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial.Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa, serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan.
·          Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma bronkhial.Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya.Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.
·         Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan  bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise induced asma) terjadi setelah olahraga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.


·          Obat-obatan
Beberapa kilien dengan asma bbronkhial sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti Penisillin salisilat, beta blocker, kopdein, dan sebagainya.
·         Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/ kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
·          Lingkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial.

5.      PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus  dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
6.      KLASIFIKASI
a.       Mid Intermiten
Yaitu kurang dari 2 kali seminggu dan hanya dalam waktu yang pendek; tanpa gejala, diantara serangan-serangan pada waktu malam kurang dari 2 kali sebulan.Fungsi paru-paru FEV dan PEF diperkirakan lebih dari 80%.
b.      Mid Persistent
Yaitu serangan lebih ringan tetapi tidak setiap hari, serangan pada waktu malam timbul lebih dari 2 kali sebulan.Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%.
c.       Moderat Persistent
Yaitu serangan timbul setiap hari dan memerlukan penggunaan bronkodilator serangan timbul 2 kali atau lebih dalam seminggu dan pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu.Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%.
d.      Severe Persistent
Yaitu gejala muncul terus menerus dengan aktivitas yang terbatas, peningkatan frekuensi serangan dan peningkatan frekuensi gejala pada waktu malam.

Tipe Asma:
a.       Asma alergik
Yaitu asma yang disebabkan oleh alergen, misalnya: serbuk sari binatang, marah, makanan dan jamur. Biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergen dan riwayat medis masa lalu, iskemia dan rhinita alergik.
b.      Asma idiopatik atau non alergik
Yaitu tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan lingkungan pencetus serangan.Serangan menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan empisema.Bentuk asma ini biasanya dimulai saat dewasa (>35 tahun).
c.       Asma gabungan (Mixed astma)
Yaitu bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik.

7.      MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain :  mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis, berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah.

8.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Pemeriksaan Radiologi
1)      Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak ³ 6 tahun.
2)      Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma  sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b.      Pemeriksaan darah
1)      Hitung jenis leukosit  akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
2)      Analisa Gas Darah
c.       Uji faal paru/Lung Function Test (LFT)
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya pasien disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
d.      Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.



9.      PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.GINA (2009) dan PDPI (2006)menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol.Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol
Terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a.       Medikasi
b.      Pengobatan berdasarkan derajat

Penanganan Asma :
a.       Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi.
b.      Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral.
c.       Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi.
d.      Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV.
e.       Inhibitor sel mast, contoh obat:  natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
f.       Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.
g.      Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.

Pertolongan Pertama Pada Penderita Asma :
a.       Jangan panic dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut sampai benar-benar rileks.
b.      Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan  udara yang bersih serta sirkulasi nya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma.
c.       Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
d.      Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.
e.       Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
f.       Jika serangan asma berhenti dalam 5 – 10 menit, sarankan agar penderita untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler.
g.      Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali dialami.
h.      Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
i.        Jika penderita berhenti bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa pernapasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.

Pada kasus kegawatan yang sering terjadi adalah  status asmatikus. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespon terapi konvensional.Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blokadrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap Penisillin (Smeltzer dan Bare,2002). Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu:
·         Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha untuk menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
·         Keadaan tersebut harrus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor  yang merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, maknan tertentu, infeksi slauran pernapasan , stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan lain-lain).

PENATALAKSAAN MEDIS
·         Oksigen 4-6 liter/ menit
·         Pemenuhan hidrasi via infus
·         Terbutaline 0,25 mg/ 6 jam secara subkutan (SC)
·         Bronkodilator/ antibronkospasme dengan cara:
ü  Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma), fenoterol HBr 0,1% Solution (Berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg (Allupent).
ü  Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus IV 5-6 mg/ kgBB.
ü  Peroral dengan Aminofilin 3x150 mg tablet. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg)
·          Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid
ü  Deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam.
·          Mukolitik dan ekspektoran
ü  Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1
ü  Nebuloizer (via inhalasi) dengan golongan Bronhexime HCL 8 mg dicampur dengan aquades steril.

10.  KOMPLIKASI
a.       Status asmatikus
b.      Atelektasis
c.       Hipoksemia
d.      Penumothoraks
e.       Emfisema
f.       Deformitas tulang
g.      Gagal nafas

11.  PENCEGAHAN
a.       Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma.Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha mencegah penyakit ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai untuk mengatasi penyakit. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.

b.      Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma.Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan.Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari.Sebaiknya alat-alat tidur tidak terbuat dari kabu-kabu.

12.  PROGNOSIS
Kematian akibat asma sedikit nilainya.Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta orang. Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).
Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak progresif. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma tidak terus menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat seiring berjalannya waktu.












B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
Primer
Keluhan :
a.       Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
b.      Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjangBatuk dengan sekret lengket
c.       Berkeringat dingin
d.      Terdengar suara mengi / wheezing keras
e.       Terjadi berulang, setiap ada pencetus
f.       Sering ada faktor genetik/familier

AIRWAY
Adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat diperoleh.

BREATHING
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit.Pantau adanya mengi.

CIRCULATION
Adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges, 1999)
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/sekret.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
c.       Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e.       Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
f.       Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya informasi.

3.      NCP TEORI
a.       Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan :
1)      Ukur vital sign setiap 6 jam
Rasional :        Mengetahui perkembangan pasien
2)      Observasi keadaan umum pasien
Rasional :        Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
3)      Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional :        Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.
4)      Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional:         Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
5)      Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional :        Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
6)      Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional :        Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
7)      Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional :        Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta  menurunkan ketidaknyamanan dada.
8)      Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotik
Rasional :        Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.

b.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.
Rencana tindakan :
1)      Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasonal :         Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.
2)      Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional :        Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
3)      Pertahankan istirahat tidur
Rasional :        Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4)      Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional :        Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
5)      Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional :        Mempertahankan PaO2
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O
Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkan
Rencana tindakan :
1)      Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional :        Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2)      Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional :        Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
3)      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional :        Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
4)      Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional:         Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal
5)      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional :        Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat
1)      Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
2)      Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada proses pertumbuhan
3)      Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat bosan
4)      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)
Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan
5)      Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat
Rasional : Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan dan meningkatkan nafsu makan
e.       Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
Tujuan : Nyeri, berkurang/terkontrol.
Rencana tindakan:
1)      Kaji karakteristik nyeri
Rasional :        Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma .
2)      Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional :        Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3)      Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional :        Menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik
4)      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional:         Meningkatkan kenyamanan/istirahat umum
f.       Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya informasi
Tujuan:      Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah, orang tua memahami kondisi pasien.
Rencana tujuan :
1)      Kaji tingkat pengetahuan orang tua dan kecemasan orang tua
Rasional :        Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki orang tua dan kebenaran informasi yang didapat
2)      Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan, pengertian, penyebab, tanda gejala, pencegahan dan perawatan pasien.
Rasional :        Memberi informasi untuk menambah pengetahuan orang tua.
3)      Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
Rasional :        Agar orang tua mengetahui setiap tindakan yang diberikan.
4)      Libatkan orang tua dalam perawatan pasien
Rasional :        Orang tua lebih kooperatif dalam perawatan.
5)      Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal­-hal yang belum diketahui
Rasional :        Orang tua bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.
6)      Anjurkan orang tua untuk selalu berdoa
Rasional :        Membantu orang tua agar lebih tenang
7)      Lakukan evaluasi
Rasoional:       Mengetahui apakah orang tua sudah benar-benar mengerti dengan penjelasan yang diberikan

















DAFTAR PUSTAKA


Anonymous.(2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup.Diperoleh tanggal 29 Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan lingkungan. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2009). Pedoman pengendalian Penyakit asma. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Doenges, M.E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan.  (Edisi 3). Jakarta: EGC
Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC
Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan, Jakarta: Salemba Medika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar