VINSENSIUS BATE,,''MANGGARAI
ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN ASMA
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Asma
adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Asma
adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial
(saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial
mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma
adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa
bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
Asma
adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat
didada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul)
artinya dapat tenang tanpa gejala tidak menganggu aktivitas tetapi dapat
eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian
(Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009).
2. EPIDEMIOLOGI
Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita
asama. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai
180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah
mencapai 300 juta orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun
belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi dimasa
yang akan datang serta menganggu kualitas hidup pasien. Who melaporkan jumlah
kematian didunia tahun 2008 yang diakibatkan asma sekitar 284.00 jiwa. Jumlah
kematian akibat asma dikawasan Asia Tenggara
sekitar107.000 jiwa. Baik didunia maupun dikawasan Asia Tenggara jumlah
kematian lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. DiIndonesia prevalensi
asma belum diketahui secara pasti, namun hasi penelitian pada anak sekolah usia
13-14 tahun prevalensi asma masih 2,1 %, sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi
5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
Palembang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar) menunjukan
prevalensi pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%,
sedangkan pada anak SMP di Jakarta pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan tahun 2001
di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut diatas, terlihat
bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat
perhatian secara serius (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009).
3. ANATOMI
FISIOLOGI
Anatomi
Sistem Pernafasan
a. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang
mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat,
2006).
b. Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan.
c. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d. Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi
untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri
dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
f. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.
Fisiologi Pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara
yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,
menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri
dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar agar
bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang
berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat
berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru
disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2
dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan
difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler
dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.
Proses
pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan
mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali
ekspirasi. Bernafas diatur oleh pusat pernafasan yang terletak pada medulla
oblongata. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.Proses fisiologis
pernafasan dimana O2 dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan dan CO2 dikeluarkan ke udara,
Ekspirasi dapat
dibagi menjadi tiga stadium.
a.
Ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru.
b.
Transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna)
dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam
sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam
alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari O2 dan CO2 dengan
darah.
Respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk
mendapatkan energi dan CO2 yang terbentuk sebagai sampah proses
metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Price,
2005).
4. ETIOLOGI
Adapun faktor penyebab dari asma
adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi.
1)
Faktor
infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan
2)
Faktor non infeksi seperti faktor alergi,
iritan, perubahan cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer,
2000).
Faktor Pencetus
Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan serangan asma bronkhial, adalah:
·
Allergen
Allergen adalah
zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan
asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus),
spora jamur, bulu kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
·
Infeksi saluran
pernapasan
Infeksi saluran
pernapasan terutama disebabkan oleh virus.Virus influenza merupakan salah satu faktor
pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial.Diperkirakan, dua pertiga
penderita asma dewasa, serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran
pernapasan.
·
Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa
bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak orang yang mendapat
tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma bronkhial.Faktor ini berperan
mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya.Hal
ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.
·
Olahraga/ kegiatan
jasmani yang berat
Sebagian
penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga
atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani
(exercise induced asma) terjadi setelah olahraga atau aktifitas fisik yang
cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
·
Obat-obatan
Beberapa kilien
dengan asma bbronkhial sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti
Penisillin salisilat, beta blocker, kopdein, dan sebagainya.
·
Polusi udara
Klien asma sangat peka
terhadap udara berdebu, asap pabrik/ kendaraan, asap rokok, asap yang
mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
·
Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan
asma bronkhial.
5. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor penyebab seperti virus,
bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis
akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian sel
mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel
mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti
histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2
ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang
akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2
dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi
primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga
menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah
gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan
hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
6. KLASIFIKASI
a.
Mid Intermiten
Yaitu kurang dari 2 kali seminggu
dan hanya dalam waktu yang pendek; tanpa gejala, diantara serangan-serangan
pada waktu malam kurang dari 2 kali sebulan.Fungsi paru-paru FEV dan PEF
diperkirakan lebih dari 80%.
b. Mid
Persistent
Yaitu serangan lebih ringan tetapi
tidak setiap hari, serangan pada waktu malam timbul lebih dari 2 kali
sebulan.Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%.
c.
Moderat Persistent
Yaitu serangan timbul setiap hari
dan memerlukan penggunaan bronkodilator serangan timbul 2 kali atau lebih dalam
seminggu dan pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu.Fungsi
paru-paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%.
d.
Severe Persistent
Yaitu gejala muncul terus menerus
dengan aktivitas yang terbatas, peningkatan frekuensi serangan dan peningkatan
frekuensi gejala pada waktu malam.
Tipe Asma:
a.
Asma alergik
Yaitu asma yang disebabkan oleh
alergen, misalnya: serbuk sari binatang, marah, makanan dan jamur. Biasanya
mempunyai riwayat keluarga yang alergen dan riwayat medis masa lalu, iskemia
dan rhinita alergik.
b.
Asma idiopatik atau non
alergik
Yaitu tidak berhubungan dengan
alergen spesifik, faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi dan lingkungan pencetus serangan.Serangan menjadi
lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan empisema.Bentuk
asma ini biasanya dimulai saat dewasa (>35 tahun).
c.
Asma gabungan (Mixed astma)
Yaitu bentuk asma yang paling umum,
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non
alergik.
7. MANIFESTASI
KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa
tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia,
sianosis, berkeringat, ekspirasi
memanjang dan gelisah.
8. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru
yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak ³ 6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
1)
Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah
tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
2)
Analisa Gas
Darah
c. Uji faal paru/Lung Function Test (LFT)
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow
meter, caranya pasien disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan
kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan
atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di
daerahnya.
9. PENATALAKSANAAN
Tujuan
utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.GINA (2009) dan PDPI (2006)menganjurkan untuk melakukan
penatalaksanaan berdasarakan kontrol.Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
asma yang terkontrol
Terdapat
dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Medikasi
b. Pengobatan
berdasarkan derajat
Penanganan Asma :
a. Agenis
Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan
sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli
isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral
dan inhalasi.
b. Bronkodilator,
merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas.
Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral.
c. Antikolinergik,
contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi.
d. Kortikosteroid,
untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison,
dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV.
e. Inhibitor
sel mast, contoh obat: natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk
bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
f. Oksigen,
terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.
g. Fisioterapi
dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif
untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage
dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.
Pertolongan Pertama
Pada Penderita Asma :
a. Jangan
panic dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut sampai benar-benar
rileks.
b. Bawa
penderita ke tempat yang nyaman dengan
udara yang bersih serta sirkulasi nya baik. Hindari penderita dari
allergen yang mungkin memicu asma.
c. Atur
posisi duduk yang nyaman pada pasien.
d. Bantulah
penderita untuk menghirup inhaler-nya.
e. Sarankan
penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
f. Jika
serangan asma berhenti dalam 5 – 10 menit, sarankan agar penderita untuk
menghirup kembali 1 dosis inhaler.
g. Hubungi
dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali dialami.
h. Jika
inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit,
segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
i.
Jika penderita berhenti
bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa pernapasan serta peredaran
darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.
Pada
kasus kegawatan yang sering terjadi adalah
status asmatikus. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten
yang tidak merespon terapi konvensional.Serangan dapat berlangsung lebih dari
24 jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan
nebulizer, dehidrasi, peningkatan blokadrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap
Penisillin (Smeltzer dan Bare,2002). Status asmatikus merupakan kedaruratan
yang dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu:
·
Apabila terjadi serangan,
harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha untuk
menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
·
Keadaan tersebut harrus
dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor
yang merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, maknan tertentu, infeksi
slauran pernapasan , stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan
lain-lain).
PENATALAKSAAN MEDIS
·
Oksigen 4-6 liter/
menit
·
Pemenuhan hidrasi via infus
·
Terbutaline 0,25 mg/ 6
jam secara subkutan (SC)
·
Bronkodilator/
antibronkospasme dengan cara:
ü Nebulizer
(via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma), fenoterol HBr
0,1% Solution (Berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg (Allupent).
ü Intravena
dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin) bolus IV 5-6 mg/
kgBB.
ü Peroral
dengan Aminofilin 3x150 mg tablet. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau feneterol
2,5 mg atau terbulatine 10 mg)
·
Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan
golongan kortikosteroid
ü Deksamethasone
4 mg IV setiap 8 jam.
·
Mukolitik dan ekspektoran
ü Bronhexime
HCL 8 mg per oral 3x1
ü Nebuloizer
(via inhalasi) dengan golongan Bronhexime HCL 8 mg dicampur dengan aquades
steril.
10. KOMPLIKASI
a. Status
asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Penumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas
tulang
g. Gagal
nafas
11. PENCEGAHAN
a. Menjaga
Kesehatan
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma.Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah
terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit
asma beserta komplikasinya. Usaha
mencegah penyakit ini antara lain berupa makan makanan yang
bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga
yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena
menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
b.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari
sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma.Keadaan rumah misalnya
sangat penting diperhatikan.Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan
cahaya matahari.Sebaiknya alat-alat tidur tidak terbuat dari kabu-kabu.
12. PROGNOSIS
Kematian akibat asma sedikit
nilainya.Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian
setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta orang.
Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas
kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan
klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen
pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak.
Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama
bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan
tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6
sampai 19 persen).
Tidak seperti penyakit saluran
napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak progresif. Bahkan bila
tidak diobati, pasien asma tidak terus menerus berubah dari penyakit yang
ringan menjadi penyakit yang berat seiring berjalannya waktu.
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Primer
Keluhan :
a. Sesak
nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
b. Terjadi
kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjangBatuk dengan sekret lengket
c. Berkeringat
dingin
d. Terdengar
suara mengi / wheezing keras
e. Terjadi
berulang, setiap ada pencetus
f. Sering
ada faktor genetik/familier
AIRWAY
Adanya
penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas
sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena
kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat diperoleh.
BREATHING
Adanya
sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien
untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asmatikus
pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.Sehingga ini
memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya
bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.Pada pengkajian
ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit.Pantau adanya
mengi.
CIRCULATION
Adanya
usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk
memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada
waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan
atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya
kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respon aktual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul
seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges, 1999)
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum/sekret.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat
rasa dan bau sputum
c. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan
perubahan membran alveolar kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
parenkim paru, batuk menetap
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan
perubahan status kesehatan, kurangnya informasi.
3. NCP
TEORI
a.
Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan :
1)
Ukur
vital sign setiap 6 jam
Rasional : Mengetahui
perkembangan pasien
2)
Observasi
keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui
efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
3)
Kaji
frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea,
pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris, sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.
4)
Auskultasi
area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional: Bunyi
nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi,
krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon
bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.
5)
Ajarkan
pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Nafas
dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas pasien.
6)
Anjurkan
banyak minum air hangat
Rasional : Air
hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
7)
Beri
posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional : Memungkinkan
upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.
8)
Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator,
kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotik
Rasional : Bronkodilator
untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan memobilisasi sekret.
Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran
histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan
untuk mengontrol infeksi pernafasan.
b.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas
efektif.
Rencana tindakan :
1)
Observasi
keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasonal : Penurunan
keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan indikasi derajat keparahan dan
status kesehatan pasien.
2)
Observasi
warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional : Sianosis
menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
3)
Pertahankan
istirahat tidur
Rasional : Mencegah
terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan
perbaikan infeksi.
4)
Tinggikan
kepala dan sering mengubah posisi
Rasional : Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
5)
Berikan
terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan
PaO2
c.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan
kebutuhan O2
Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkan
Rencana tindakan :
1)
Kaji
tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas
Rasional : Menetapkan
kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2)
Jelaskan
pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
3)
Bantu
pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Rasional : Meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
4)
Bantu
pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat
Rasional: Pasien
mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan
meja atau bantal
5)
Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
Rasional : Keluarga
mampu melakukan perawatan secara mandiri
d.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat
1) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet
2) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
Rasional : Meningkatkan pematangan kebutuhan
individu dan pentingnya nutrisi pada proses pertumbuhan
3) Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil
tapi sering
Rasional : Meningkatkan nafsu makan, dengan
porsi kecil tidak akan cepat bosan
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
(batasi pengunjung)
Rasional : Lingkungan yang tenang dan nyaman
dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan
5) Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan
hangat
Rasional : Dengan makanan yang masih hangat
dapat merangsang makan dan meningkatkan nafsu makan
e.
Nyeri
(akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
Tujuan : Nyeri, berkurang/terkontrol.
Rencana tindakan:
1)
Kaji
karakteristik nyeri
Rasional : Nyeri
dada biasanya ada dalam beberapa serangan asma .
2)
Observasi
vital sign setiap 6 jam
Rasional : Perubahan
frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa mengalami nyeri.
Khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3)
Berikan
tindakan nyaman seperti relaksasi dan distraksi
Rasional : Menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik
4)
Kolaborasi
pemberian analgetik
Rasional: Meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum
f.
Ansietas
orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya informasi
Tujuan: Kecemasan
orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah, orang tua memahami
kondisi pasien.
Rencana tujuan :
1)
Kaji
tingkat pengetahuan orang tua dan kecemasan orang tua
Rasional : Untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki orang tua dan kebenaran
informasi yang didapat
2)
Beri
penjelasan pada orang tua tentang keadaan, pengertian, penyebab, tanda gejala,
pencegahan dan perawatan pasien.
Rasional : Memberi
informasi untuk menambah pengetahuan orang tua.
3)
Jelaskan
setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
Rasional : Agar
orang tua mengetahui setiap tindakan yang diberikan.
4)
Libatkan
orang tua dalam perawatan pasien
Rasional : Orang
tua lebih kooperatif dalam perawatan.
5)
Beri
kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui
Rasional : Orang
tua bisa memperoleh informasi yang lebih jelas.
6)
Anjurkan
orang tua untuk selalu berdoa
Rasional : Membantu
orang tua agar lebih tenang
7)
Lakukan
evaluasi
Rasoional: Mengetahui
apakah orang tua sudah benar-benar mengerti dengan penjelasan yang diberikan
Anonymous.(2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem
Seumur Hidup.Diperoleh tanggal
29 Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah”, Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa
keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
penyehatan lingkungan. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2009). Pedoman pengendalian Penyakit asma.
Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Doenges, M.E.(1999). Rencana
Asuhan Keperawatan. (Edisi 3).
Jakarta: EGC
Espeland, N. (2008). Petunjuk
Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Gaffar,
L.O.J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC
Muttaqin,
2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan,
Jakarta: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar