Kamis, 11 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT EMBOLI PARU


                                                                                                                                     manggarai
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
EMBOLI PARU



Disusun oleh: Kelompok 3

                                                                     VINSENSIUS BATE




PRODI  KEPERAWATAN PROGRAM S1 B
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2014

A.          Konsep Medis
1.              Pengertian
Emboli Paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. (Brunner dan Suddarth, 2001)
2.              Epidemiologi
Di Amerika Serikat, perkiraan insiden emboli paru sekitar 630.000 kasus per tahun, dengan jumlah kematian 200.000 kasus dan kebanyakan kasus (71%) tidak terdiagnosis. Angka kematian mendekati 15 % dari semua kasus kematian di rumah sakit karena emboli paru pada umur lebih dari 40 tahun.
3.              Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :
a.       Hidung
Hidung berbentuk piramid yang tersusun dari tulang, kartilago hialin dan jaringan fibroaerolar. Hidung dibagi menjadi dua ruang oleh septum nasal. Struktur hidung pada bagian eksternal terdapat folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea yang merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit pada bagian ini mengandung vibrissae yang berfungsi menyaring partikel dari udara terhisap. Sedangkan pada rongga nasal yang lebih dalam terdiri dari epitel bersilia dan sel goblet. Udara yang masuk ke dalam hidung akan mengalami penyaringan partikel dan penghangatan dan pelembaban udara terlebih dahulu sebelum memasuki saluran napas yang lebih dalam.
b.      Faring
Faring adalah tabung muskularberukuran 12,5cm. Terdiri dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Pada nasofaring terdapat tuba eustachiusyang menghubungkannya dengan telinga tengah. Faring merupakan saluran bersama untuk udara dan makanan.
c.       Laring
Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga lainnya tidak berpasangan. Tiga kartilagoyang tidak berpasangan adalah kartilago tiroid yang terletak di bagian proksimalkelenjar tiroid, kartilago krikoid yang merupakan cincin anterioryang lebih dalam dan lebih tebal, epiglotisyang merupakan katup kartilagoyang melekat pada tepi anterior kartilago tiroid. Epiglotismenutup pada saat menelan untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke saluran pernapasan bawah. Epiglotisjuga merupakan batas antara saluran napas atas dan bawah.
d.      Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang terletak di anterioresofagus. Trakea tersusun dari 16 – 20 cincin kartilagoberbentuk C yang diikat bersama jaringan fibrosayang melengkapi lingkaran di belakang trakea. Trakea berjalan dari bagian bawah tulang rawan krikoidlaring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trakea kemudian bercabang menjadi bronkus principallis dextra dansinistradi tempat yang disebut carina. Carina terdiri dari 6 – 10 cincin tulang rawan.

e.       Bronkus
Bronkus merupakan struktur dalam mediastinum, yang merupakan percabangan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trakea. Setiap bronkus primer bercabang membentuk bronkus sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin mengecil dan menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Bronkus kanan kemudian akan bercabang menjadi lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Bronkus kiri terdiri dari lobus superior dan inferior.
f.       Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan jalan napas intralobulardengan diameter 5 mm, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar di dalam mukosanya. Bronkhiolus berakhir pada saccus alveolaris. Awal proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
g.      Alveolus
Alveolus adalah kantung udara berukuran sangat kecil dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratoriussehingga memungkinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alveolus terdiri dari membran alveolardan ruang intesrstisial.
h.      Paru
Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara yang terletak di rongga toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf dan sistem limfatik. Paru adalah alat pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk kerucut dengan apexdi atas dan sedikit lebih tinggi dari klavikuladi dalam dasar leher. Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura. Paru kanan terbagi menjadi 3 lobusoleh 2 fisura, sedangkan paru kiri terbagi menjadi 2 lobus oleh 1 fisura. Paru memiliki hilusparu yang dibentuk oleh a. pulmonalis, vulmonalis, bronkus, a. Bronkialis, v. Bronkialis, pembuluh limfe, persarafan, dan kelenjar limfe. Paru dilapisi oleh pleura. Pleuraterdiri dari pleura viseralyang melekat pada paru dan tidak dapat dipisahkan dan pleura parietalyang melapisi strenum, diafragmadan mediastinum. Diantara kedua pleura tersebut terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura sehingga memungkinkan paru untuk berkembang dan berkontraksi tampa gesekan.

Fisiologi Pernapasan
Fungsi utama paru adalah menyelenggarakan pengambilan oksigen oleh darah dan pembuangan karbondioksida.
Terdapat 4 tahap respirasi, yaitu.
a.       Ventilasi
Ventilasi adalah sirkulasi keluar masuknya udara atmosfer dan alveoli. Proses ini berlangsung di sistem pernapasan.
b.      Respirasi eksternal
Respirasi eksternal mengacu pada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Proses ini terjadi di sistem pernapasan.
c.       Transpor gas
Transpor gas adalah pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan jaringan tubuh. Proses ini terjadi di sistem sirkulasi.
d.      Respirasi internal
Respirasi internal adalah pertukaran gas pada metabolisme energi yang terjadi dalam sel. Proses ini berlangsung di jaringan tubuh


Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.       Bagian konduksi yang terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Bagian ini relatif kaku dan terbuka, merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan paru. Fungsi dari bagian konduksi adalah mengalirkan udara dan sebagai penyaring, penghangat, dan melembabkan udara sebelum sampai bagian respirasi.
b.      Bagian respirasi terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. Bagian respirasi merupakan tempat terjadinya pertukaran udara dari lingkungan luar dan dalam tubuh. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses pernapasan dengan mengikuti penurunan tekanan gradien yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas dari otot-otot pernapasan.

Terdapat 3 tekanan yang penting pada proses pertukaran udara yaitu :
a.       Tekanan atmosfer (tekanan barometrik)
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena kolom udara di atas permukaan bumi menurun.
b.      Tekanan intra alveolus
Tekanan inilah yang mengatur aliran udara karena tekanannya dapat berubah sesuai dengan pergerakan pernapasan.
c.       Tekanan intra pleura
Merupakan tekanan di dalam kantung pleura atau disebut juga tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru dan di dalam rongga thoraks. Tekanan intra pleura ini lebih rendah daripada tekanan atmosfer.Pada saat inhalasi, terjadi kontraksi dari otot-otot pernapasan sehingga volume rongga thoraks meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada rongga thoraks menurun dan mengakibatkan adanya perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar tubuh dengan tekanan udara di dalam tubuh lebih rendah sehingga udara masuk ke dalam paru dan paru mengembang.Pada saat ekhalasi, otot-otot respirasi berelaksasi sehingga volume rongga thoraks menurun dan menyebabkan tekanan rongga thoraks meningkat. Pada kondisi ini volume rongga dada akan berkurang dan terjadi peningkatan tekanan di dalam paru sehingga mendorong udara keluar dari dalam paru ke atmosfer.

Volume dan Kapasitas Fungsi Paru
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada atau tidaknya kelainan fungsi ventilasi paru.Selama berlangsungnya proses pernapasan terdapat volume dari paru yang berubah-ubah.

Terdapat beberapa parameter yang menggambarkan volume paru, yaitu:
a.       Volume tidal (VT)
Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rata-rata volume tidal pada saat istirahat adalah 500 ml.
b.      Volume cadangan inspirasi (VCI)
Volume cadangan inspirasi adalah volume tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi volume tidal saat istirahat. Volume cadangan inspirasi dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, musculus intercostae externusdan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya adalah 3.000 ml.
c.       Volume cadangan ekspirasi (VCE)
Volume cadangan ekspirasi adalah volume tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir volume tidal biasa. Nilai rata-rata volume cadangan ekspirasi adalah 1.000 ml.
d.      Volume residual (VR)
Volume residual adalah volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata volume residual adalah 1.200 ml.
e.       Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1)
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik adalah volume udara yang dapat diekspirasikan selama satu detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital. Nilai volume ekspirasi paksa dalam satu detik biasanya adalah sekitar 80% yang berarti dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.

Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru adalah  :
a.       Kapasitas inspirasi (KI)
Kapasitas inspirasi adalah volume maksimum udara yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang (KI=VCI+TV). Nilai rata-rata kapasitas inspirasi adalah 3.500 ml.
b.      Kapasitas residual fungsional (KRF)
Kapasitas residual fungsional adalah volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KFR=VCE+VR). Nilai rata-rata kapasitas residual fungsional adalah 2.200 ml.
c.        Kapasitas Vital (KV)
Kapasitas vital adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula-mula melakukan inspirasi maksimum kemudian melakukan ekspirasi maksimum (KV=VCI+VT+VCE). Nilai rata-rata kapasitas vital adalah 4.500 ml.
d.      Kapasitas paru total (KPT)
Kapasitas paru total adalah volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh seluruh paru (KPT=KV+VR). Nilai rata-rata kapasitas paru total adalah 5.700 ml.
4.              Etiologi
Kebanyakan kasus emboli paru menurut Brunner dan Suddarth (2001 : 621) disebabkan oleh :
a.               Bekuan darah
b.      Gelembung udara
c.       Lemak
d.      Sel tumor
5.              Patofisiologi
Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit maupun tidak sama sekali. Selain itu sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi ketidak seimbangan ventilasi perfusi, menyebabkan darah terpirau dan mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2. (Brunner dan Suddarth, 2001 : 621).
Konsekuwensi hemodinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru akibat penurunan ukuran jarring-jaring vascular pulmonal., menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya meningkatkan kerja ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila kebutuhan ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikel kanan yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya syok. (Brunner dan Suddarth, 2001 : 621).
6.              Klasifikasi
a.                Embolus Besar
1)             Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari percabangan arteri pulmonalis.
2)             Dapat menyebabkan kematian seketika.
3)             Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan gangguan hemodinamik.
b.      Embolus Kecil
1)      Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa kelemahan kardiovaskuler.
2)      Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang – kadang hemoptisi karena pendarahan paru.
3)      Pada penderita dengan kelemahan sirkulasi pulmoner (payah jantung) dapat menyebabkan infark
7.              Manifestasi Klinis
Pulmonary embolism (PE) biasanya secara klinis sulit ditemukan. Pasien dengan emboli paru biasanya dyspnea dan nyeri dada.
Tanda dan Gejala
a.       Tanda umum adalah
1)             Dyspnoea tiba-tiba dan ada pada 90% kasus
2)             Nyeri dada pleuritik
3)      Haemoptisis
4)      Pingsan
5)             Tachikardia > 100/menit
6)      Tachipnoe > 20/menit
7)      Demam
b.      Tanda Klinis
1)      Gejala DVT dengan tanda bengkak pada kaki dan nyeri pada perabaan vena
2)             Denyut jantung > 100 per menit
3)             Bedrest > 3 hari atau pembedahan dalam 4 minggu yang lalu
4)             Sebelumya menderita DVT atau PE
5)             Haemoptisis
6)             PE ditemukan pada pemeriksaan poto thorak dan EKG
c.       Tanda Ancaman Kehidupan
Gejala PE:
1)      Dyspnea berat
2)      Nyeri dada
3)      Peningkatan tekanan vena
4)      Ada bukti gagal jantung kanan
5)      Hypotensi
6)      Shock
8.              Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Emboli Paru :
a.               Radiologi
1)      Ct Scan
Hasil pemindaian perfusi paru memperlihatkan adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah, hasil pemindaian ventrikel juga menunjukkan adanya abnormalitas perfusi.
2)      RO Thorax
Biasanya normal tetapi dapat menunjukan adanya pneumokonstriksi, infiltrate, atelectasis, elevasi diafragma pada sisi yang sakit atau dilatasi besar arteri pulmoner dan efusi pleura.
b.      Pemeriksaan Darah
1)      AGD
Pada klien emboli paru didapatkan tekanan PO2 yang rendah, tapi tidak jarang pada tek PO2 tersebut lebih dari 80mmHg.
Menurunnya tekanan PO2 disebabkan gagalnya fungsi perfusi dan ventilasi, sedangkan menurunnya PCO2 adalah karena kompensasi hiperventilasi sekunder.
2)      Kimia Darah
Pada emboli paru massif dapat ditemukan enzim LDH, SGOT dan CPK yang meningkat
c.       EKG
Pemeriksaan EKG juga tidak spesifik tapi masih dapat membantu sebagai tanda pertama dengan adanya emboli paru. Bila embolinya massif, 77% penderita akan menunjukkan gambaran EKG seperti pada kor pulmonal akut yang berupa:
1)      Adanya strain ventrikel kanan. Disini terdatap gelombang T pada precordial kanan (V1-V5/V6)
2)      Elevasi ST seperti pada infark akut.
3)      Terdapat RBBB komplet ataupun inkomplet. P pulmonal pada II,III dan aVF
4)      Aritmia, takikardi dan atriasfluter.
9.              Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2001 : 623), tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan (lisis) emboli yang ada dan mencegah pmbentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat mencakup beragam modalitas :
a.               Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi metoda primer secara tradisional untuk mengatasi trombosis vena profunda akut dan embolisme paru.

b.              Terapi trombolitik
Terapi tromboilitik meliputi urokinase, streptokinase mungkin juga digunakan dalam mengatasi embolisme paru, terutama pada paien yang sangat terganggu. Terapi trombolitik menghancurkan trombus atau emboli lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik sirkulasi paru lbih besar, karena mengurang hipertensi paru dan memperbaiki perfusi, oksigenasi, dan curah jantung.
c.               Tindakan umum untuk meningkatkan status pernafasan dan vascular
Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan dan vaskular pasien. Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksia dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru dan dan mengurangi hipertensi paru.
d.             Intervensi bedah
Intervensi bedah yang dilakukan adalah embolektomi paru tapi embolektomi dapat diindikasikandalam kondisi berikut :
1)             Jika pasien mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas
2)             Jika tekanan arteri pulmonal sangat tinggi
3)             Jika angiogram menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah paru.
4)             Embolektomi pulmonari membutuhkan torakotomi dengan teknik bypass jantung paru
10.       Komplikasi
Menurut Contran Kuman Rabbins (2006), komplikasi yang terjadi adalah :
a.               Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
b.      Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
c.       Anemia
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel – sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan.
d.      Emfisema
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara pada asinus yang sipatnya permanen. Pelebaran ini disebabkan karena adanya kerusakan dinding asinus. Asinus adalah bagian paru yang terletak di bronkiolus terminalis distal. Ketika membicarakan emfisema, penyakit ini selalu dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, beberapa ahli menyamakan antara emfisema dan bronchitis kronik.
e.       Hipertensi Pulmoner
Hipertensi pulmoner primer (HPP) adalah kelainan paru yang jarang, dimana didapatkan peningkatan tekanan arteri polmonalis jauh diatas normal tanpa didapatkan penyebab yang jelas. Tekanan arteri polmonal normal pada waktu istirahat adalah lebih kurang 14 mmhg. Pada HPP tekanan arteri polmonal akan lebih dari 25 mmhg saat istirahat, dan 30 mmhg saat aktifitas HPP akan meningkatkan tekanan darah pada cabang – cabang arteri yang lebih kecil di paru, sehingga meningkatkan tahanan (resistensi) vaskuler dari aliran darah di paru. Peningkatan tahanan arteri pulmonal ini akan menimbulkan beban pada ventrikel kanan sehingga harus bekerja lebih kuat untuk memompa darah ke paru.
11.       Prognosis
Angka kematian mencapai 10-15 %.  Dalam persentasi kecilemboli paru masif meninggal sebelum di diagnosis, seringkali dalam 1 jam pertama. Pada penderita yang mendapat antikoagulan adekuat dengan heparin dan bertahan lebih dari 2 jam, prognosis nya baik. Bila heparin tidak diberikan, akan terjadi embolisasi pada 1/3 kasus. Resiko menurun kurang dari 5% dengan terapi heparin yang adekuat.



12.       Pencegahan
Pencegahan emboli paru menurut dr. Rosfanty adalah :
a.              Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
b.      Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
1)      Menggunakan stoking elastis
2)      Melakukan latihan kaki
3)      Bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.
c.       Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.
d.      Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan adalah heparin. Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan selama 7 hari setelah operasi.




B.           Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Emboli Paru
1.              Pengkajian
a.               Primary survei
Pengkajian dengan pendekatan ABCD
1)             Airway
a)              Kaji dan pertahankan jalan napas
b)      Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c)      Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d)     Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak dapat mempertahankan jalan napas
2)      Breathing
a)      Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%.
b)      Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c)      Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation
d)     Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e)      Kaji jumlah pernapasan
f)       Lakukan pemeriksan system pernapasan
g)      Dengarkan adanya bunyi pleura
h)      Lakukan pemeriksaan foto thorak – mungkin normal, tapi lihat untuk mendapatkan:
3)      Circulation          
a)      Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b)      Kaji peningkatan JVP
c)      Catat tekanan darah
d)     Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
(1)   Sinus tachikardi
(2)   Adanya S1 Q3 T3
(3)   right bundle branch block (RBBB)
(4)   right axis deviation (RAD)
(5)   P pulmonale
e)      Lakukan IV akses
f)       Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g)      Jika ada kemungkina PE berikan heparin
h)      Jika pasien mengalami thrombolisis, alteplase direkomendasikan sebagai obat pilihan. Berikan 50 mg IV dengan bolus. Jika pasien tidak berespon terhadap trombolisis, segera dirujuk ke speialis untuk dilakukan thromboembolectomy.


4)      Disability
a)      Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b)      Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
5)      Exposure
a)      Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan PE
b)      Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
c)      Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT
b.              Secondary survey
1)             Identitas Klien
Nama, umur, jenis Kelamin, pendidikan, alamat , pekerjaan
2)      Keluhan Utama
Klien sering mengeluh nyeri dada tiba- tiba sesak napas.
3)      Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, nyeri dada, nyeri kepala, sesak napas.
4)      Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat emboli paru-paru sebelumnya, pembedahan, stroke, serangan jantung, obesitas, patah tulang tungkai-tungkai / tulang panggul, trauma berat.

5)      Riwayat Kesahatan Keluarga
Apakah ada di antara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami klien
2.      Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a.       Pola nafas tidak efektif ,dyspnea berhubungan dengan penurunan fungsi paru
b.      Nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru
c.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
d.      Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan
e.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan










DAFTAR PUSTAKA


Bruner and Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Rahajuningsih. 2009. Hemostatis dan Trombosis : Pemeriksaan Laboratorium pada Trombobosis Vena Dalam. Jakarta : FKUI.
Swidarmoko, Budi. 2010. Tromboemboli Paru In: Pulmonologi Intervesi Dan Gawat Nafas. Jakarta : Departemen Pulmonologi  dan Kedokteran Respirasi FKUI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar