manggarai
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
EMBOLI PARU
Disusun oleh: Kelompok 3
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM
S1 B
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2014
A.
Konsep Medis
1.
Pengertian
Emboli Paru adalah penyumbatan
arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara
tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa
juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung
udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh
darah. (Brunner dan Suddarth, 2001)
2.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, perkiraan
insiden emboli paru sekitar 630.000 kasus per tahun, dengan jumlah kematian
200.000 kasus dan kebanyakan kasus (71%) tidak terdiagnosis. Angka kematian
mendekati 15 % dari semua kasus kematian di rumah sakit karena emboli paru pada
umur lebih dari 40 tahun.
3.
Anatomi Fisiologi
Anatomi
saluran pernapasan terdiri dari :
a.
Hidung
Hidung berbentuk piramid yang tersusun dari tulang,
kartilago hialin dan jaringan fibroaerolar. Hidung dibagi menjadi
dua ruang oleh septum nasal. Struktur hidung pada bagian eksternal terdapat
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea yang merentang sampai
vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit pada bagian ini mengandung
vibrissae yang berfungsi menyaring partikel dari udara terhisap. Sedangkan pada
rongga nasal yang lebih dalam terdiri dari epitel bersilia dan sel goblet.
Udara yang masuk ke dalam hidung akan mengalami penyaringan partikel dan
penghangatan dan pelembaban udara terlebih dahulu sebelum memasuki saluran
napas yang lebih dalam.
b.
Faring
Faring adalah tabung muskularberukuran 12,5cm. Terdiri
dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Pada nasofaring terdapat tuba eustachiusyang
menghubungkannya dengan telinga tengah. Faring merupakan saluran bersama untuk
udara dan makanan.
c.
Laring
Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak
triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga
lainnya tidak berpasangan. Tiga kartilagoyang tidak berpasangan adalah
kartilago tiroid yang terletak di bagian proksimalkelenjar tiroid, kartilago
krikoid yang merupakan cincin anterioryang lebih dalam dan lebih
tebal, epiglotisyang merupakan katup kartilagoyang melekat pada tepi anterior
kartilago tiroid. Epiglotismenutup pada saat menelan untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan ke saluran pernapasan bawah. Epiglotisjuga merupakan batas
antara saluran napas atas dan bawah.
d.
Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang
terletak di anterioresofagus. Trakea tersusun dari 16 – 20 cincin
kartilagoberbentuk C yang diikat bersama jaringan fibrosayang melengkapi
lingkaran di belakang trakea. Trakea berjalan dari bagian bawah tulang rawan
krikoidlaring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trakea kemudian
bercabang menjadi bronkus principallis dextra dansinistradi tempat yang disebut
carina. Carina terdiri dari 6 – 10 cincin tulang rawan.
e.
Bronkus
Bronkus merupakan struktur dalam mediastinum, yang
merupakan percabangan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek, lebar dan lebih
dekat dengan trakea. Setiap bronkus primer bercabang membentuk bronkus sekunder
dan tersier dengan diameter yang semakin mengecil dan menyempit, batang atau
lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Bronkus kanan kemudian akan
bercabang menjadi lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Bronkus kiri
terdiri dari lobus superior dan inferior.
f.
Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan jalan napas intralobulardengan
diameter 5 mm, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar di dalam mukosanya.
Bronkhiolus berakhir pada saccus alveolaris. Awal proses pertukaran gas terjadi
di bronkhiolus respiratorius.
g.
Alveolus
Alveolus adalah kantung udara berukuran sangat kecil
dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratoriussehingga memungkinkan
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alveolus terdiri dari membran
alveolardan ruang intesrstisial.
h.
Paru
Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan
berisi udara yang terletak di rongga toraks. Paru merupakan jalinan atau
susunan bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru,
saraf dan sistem limfatik. Paru adalah alat pernapasan utama yang merupakan
organ berbentuk kerucut dengan apexdi atas dan sedikit lebih tinggi dari
klavikuladi dalam dasar leher. Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura.
Paru kanan terbagi menjadi 3 lobusoleh 2 fisura, sedangkan paru kiri terbagi
menjadi 2 lobus oleh 1 fisura. Paru memiliki hilusparu yang dibentuk oleh a.
pulmonalis, vulmonalis, bronkus, a. Bronkialis, v. Bronkialis, pembuluh limfe,
persarafan, dan kelenjar limfe. Paru dilapisi oleh pleura. Pleuraterdiri dari
pleura viseralyang melekat pada paru dan tidak dapat dipisahkan dan pleura
parietalyang melapisi strenum, diafragmadan mediastinum. Diantara kedua pleura
tersebut terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura sehingga memungkinkan
paru untuk berkembang dan berkontraksi tampa gesekan.
Fisiologi
Pernapasan
Fungsi utama paru adalah menyelenggarakan pengambilan
oksigen oleh darah dan pembuangan karbondioksida.
Terdapat 4 tahap respirasi, yaitu.
a.
Ventilasi
Ventilasi adalah sirkulasi keluar masuknya udara
atmosfer dan alveoli. Proses ini berlangsung di sistem pernapasan.
b.
Respirasi eksternal
Respirasi eksternal mengacu pada keseluruhan rangkaian
kejadian yang terlibat dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel tubuh. Proses ini terjadi di sistem pernapasan.
c.
Transpor gas
Transpor gas adalah pengangkutan oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan jaringan tubuh. Proses ini terjadi di sistem
sirkulasi.
d.
Respirasi internal
Respirasi internal adalah pertukaran gas pada
metabolisme energi yang terjadi dalam sel. Proses ini berlangsung di jaringan
tubuh
Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.
Bagian konduksi yang terdiri dari hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Bagian ini
relatif kaku dan terbuka, merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan
paru. Fungsi dari bagian konduksi adalah mengalirkan udara dan sebagai
penyaring, penghangat, dan melembabkan udara sebelum sampai bagian respirasi.
b.
Bagian respirasi terdiri dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. Bagian
respirasi merupakan tempat terjadinya pertukaran udara dari lingkungan luar dan
dalam tubuh. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan
keluar paru selama proses pernapasan dengan mengikuti penurunan tekanan gradien
yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas
dari otot-otot pernapasan.
Terdapat 3 tekanan yang penting pada proses pertukaran
udara yaitu :
a.
Tekanan atmosfer (tekanan barometrik)
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan
ketinggian di atas permukaan laut karena kolom udara di atas permukaan bumi
menurun.
b.
Tekanan intra alveolus
Tekanan inilah yang mengatur aliran udara karena
tekanannya dapat berubah sesuai dengan pergerakan pernapasan.
c.
Tekanan intra pleura
Merupakan tekanan di dalam kantung pleura atau disebut
juga tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru dan di dalam
rongga thoraks. Tekanan intra pleura ini lebih rendah daripada tekanan
atmosfer.Pada saat inhalasi, terjadi kontraksi dari otot-otot pernapasan
sehingga volume rongga thoraks meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada
rongga thoraks menurun dan mengakibatkan adanya perbedaan tekanan udara di
dalam dan di luar tubuh dengan tekanan udara di dalam tubuh lebih rendah
sehingga udara masuk ke dalam paru dan paru mengembang.Pada saat ekhalasi,
otot-otot respirasi berelaksasi sehingga volume rongga thoraks menurun dan
menyebabkan tekanan rongga thoraks meningkat. Pada kondisi ini volume rongga
dada akan berkurang dan terjadi peningkatan tekanan di dalam paru sehingga
mendorong udara keluar dari dalam paru ke atmosfer.
Volume dan
Kapasitas Fungsi Paru
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan
gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume
dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun
ada atau tidaknya kelainan fungsi ventilasi paru.Selama berlangsungnya proses
pernapasan terdapat volume dari paru yang berubah-ubah.
Terdapat beberapa parameter yang menggambarkan volume
paru, yaitu:
a.
Volume tidal (VT)
Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau
keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rata-rata volume tidal pada saat
istirahat adalah 500 ml.
b.
Volume cadangan inspirasi (VCI)
Volume cadangan inspirasi adalah volume tambahan yang
dapat secara maksimal dihirup melebihi volume tidal saat istirahat. Volume
cadangan inspirasi dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, musculus
intercostae externusdan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya adalah
3.000 ml.
c.
Volume cadangan ekspirasi (VCE)
Volume cadangan ekspirasi adalah volume tambahan udara
yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang
dikeluarkan secara pasif pada akhir volume tidal biasa. Nilai rata-rata volume
cadangan ekspirasi adalah 1.000 ml.
d.
Volume residual (VR)
Volume residual adalah volume minimum udara yang
tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata volume
residual adalah 1.200 ml.
e.
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1)
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik adalah volume
udara yang dapat diekspirasikan selama satu detik pertama ekspirasi pada
penentuan kapasitas vital. Nilai volume ekspirasi paksa dalam satu detik
biasanya adalah sekitar 80% yang berarti dalam keadaan normal 80% udara yang
dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.
Kapasitas
Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau
lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru adalah :
a.
Kapasitas inspirasi (KI)
Kapasitas inspirasi adalah volume maksimum udara yang
dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang (KI=VCI+TV). Nilai rata-rata
kapasitas inspirasi adalah 3.500 ml.
b.
Kapasitas residual fungsional (KRF)
Kapasitas residual fungsional adalah volume udara di
paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KFR=VCE+VR). Nilai rata-rata kapasitas
residual fungsional adalah 2.200 ml.
c.
Kapasitas Vital
(KV)
Kapasitas vital adalah volume maksimum udara yang
dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek
mula-mula melakukan inspirasi maksimum kemudian melakukan ekspirasi maksimum
(KV=VCI+VT+VCE). Nilai rata-rata kapasitas vital adalah 4.500 ml.
d.
Kapasitas paru total (KPT)
Kapasitas paru total adalah volume udara maksimal yang
dapat ditampung oleh seluruh paru (KPT=KV+VR). Nilai rata-rata kapasitas paru
total adalah 5.700 ml.
4.
Etiologi
Kebanyakan kasus emboli paru menurut Brunner dan Suddarth (2001 : 621) disebabkan
oleh :
a.
Bekuan
darah
b. Gelembung udara
c. Lemak
d. Sel tumor
5.
Patofisiologi
Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri
pulmonal, ruang rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat
ventilasi, menerima aliran darah sedikit maupun tidak sama sekali. Selain itu
sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah
bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi ketidak seimbangan ventilasi
perfusi, menyebabkan darah terpirau dan mengakibatkan penurunan kadar O2
dan peningkatan CO2. (Brunner dan Suddarth, 2001 : 621).
Konsekuwensi hemodinamik adalah peningkatan tahanan
vascular paru akibat penurunan ukuran jarring-jaring vascular pulmonal.,
menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya meningkatkan kerja
ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila kebutuhan
ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikel kanan
yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya syok.
(Brunner dan Suddarth, 2001 : 621).
6.
Klasifikasi
a.
Embolus Besar
1)
Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari
percabangan arteri pulmonalis.
2)
Dapat menyebabkan kematian seketika.
3)
Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan gangguan
hemodinamik.
b.
Embolus Kecil
1)
Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa
kelemahan kardiovaskuler.
2)
Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang –
kadang hemoptisi karena pendarahan paru.
3)
Pada penderita dengan kelemahan sirkulasi pulmoner
(payah jantung) dapat menyebabkan infark
7.
Manifestasi Klinis
Pulmonary embolism (PE) biasanya
secara klinis sulit ditemukan. Pasien dengan emboli paru biasanya dyspnea dan
nyeri dada.
Tanda dan Gejala
a.
Tanda umum adalah
1)
Dyspnoea tiba-tiba dan ada pada
90% kasus
2)
Nyeri dada pleuritik
3) Haemoptisis
4) Pingsan
5)
Tachikardia > 100/menit
6) Tachipnoe > 20/menit
7) Demam
b.
Tanda Klinis
1)
Gejala DVT dengan tanda bengkak pada kaki dan nyeri
pada perabaan vena
2)
Denyut jantung > 100 per
menit
3)
Bedrest > 3 hari atau
pembedahan dalam 4 minggu yang lalu
4)
Sebelumya menderita DVT atau PE
5)
Haemoptisis
6)
PE ditemukan pada pemeriksaan
poto thorak dan EKG
c.
Tanda Ancaman Kehidupan
Gejala PE:
1)
Dyspnea berat
2)
Nyeri dada
3)
Peningkatan tekanan vena
4)
Ada bukti gagal jantung kanan
5)
Hypotensi
6)
Shock
8.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Emboli Paru
:
a.
Radiologi
1) Ct
Scan
Hasil pemindaian
perfusi paru memperlihatkan adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah,
hasil pemindaian ventrikel juga menunjukkan adanya abnormalitas perfusi.
2) RO
Thorax
Biasanya normal tetapi
dapat menunjukan adanya pneumokonstriksi, infiltrate, atelectasis, elevasi
diafragma pada sisi yang sakit atau dilatasi besar arteri pulmoner dan efusi
pleura.
b. Pemeriksaan
Darah
1) AGD
Pada klien emboli paru
didapatkan tekanan PO2 yang rendah, tapi tidak jarang pada tek PO2 tersebut
lebih dari 80mmHg.
Menurunnya tekanan PO2
disebabkan gagalnya fungsi perfusi dan ventilasi, sedangkan menurunnya PCO2
adalah karena kompensasi hiperventilasi sekunder.
2) Kimia
Darah
Pada emboli paru massif
dapat ditemukan enzim LDH, SGOT dan CPK yang meningkat
c. EKG
Pemeriksaan
EKG juga tidak spesifik tapi masih dapat membantu sebagai tanda pertama dengan
adanya emboli paru. Bila embolinya massif, 77% penderita akan menunjukkan
gambaran EKG seperti pada kor pulmonal akut yang berupa:
1) Adanya
strain ventrikel kanan. Disini terdatap gelombang T pada precordial kanan
(V1-V5/V6)
2) Elevasi
ST seperti pada infark akut.
3) Terdapat
RBBB komplet ataupun inkomplet. P pulmonal pada II,III dan aVF
4) Aritmia,
takikardi dan atriasfluter.
9.
Penatalaksanaan
Menurut
Brunner dan Suddarth (2001 : 623), tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan
(lisis) emboli yang ada dan mencegah pmbentukan yang baru. Pengobatan embolisme
paru dapat mencakup beragam modalitas :
a.
Terapi
antikoagulan
Terapi antikoagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah
menjadi metoda primer secara tradisional untuk mengatasi trombosis vena
profunda akut dan embolisme paru.
b.
Terapi
trombolitik
Terapi tromboilitik meliputi urokinase,
streptokinase mungkin juga digunakan dalam mengatasi embolisme paru, terutama
pada paien yang sangat terganggu. Terapi trombolitik menghancurkan trombus atau
emboli lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik sirkulasi paru lbih besar,
karena mengurang hipertensi paru dan memperbaiki perfusi, oksigenasi, dan curah
jantung.
c.
Tindakan umum untuk meningkatkan status
pernafasan dan vascular
Tindakan umum dilakukan untuk
memperbaiki status pernafasan dan vaskular pasien. Terapi oksigen diberikan
untuk memperbaiki hipoksia dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru
dan dan mengurangi hipertensi paru.
d.
Intervensi bedah
Intervensi bedah yang dilakukan adalah
embolektomi paru tapi embolektomi dapat diindikasikandalam kondisi berikut :
1)
Jika pasien
mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas
2)
Jika
tekanan arteri
pulmonal sangat tinggi
3)
Jika angiogram
menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah paru.
4)
Embolektomi pulmonari membutuhkan
torakotomi dengan teknik bypass jantung paru
10. Komplikasi
Menurut Contran Kuman Rabbins (2006), komplikasi yang
terjadi adalah :
a.
Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial
dengan ciri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma
merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia,
endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
b.
Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
c.
Anemia
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel –
sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan
pembentukan sel darah merah,peningkatan kehilangan sel darah merah melalui
perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan.
d.
Emfisema
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu
adanya pelebaran rongga udara pada asinus yang sipatnya permanen. Pelebaran ini
disebabkan karena adanya kerusakan dinding asinus. Asinus adalah bagian paru
yang terletak di bronkiolus terminalis distal. Ketika membicarakan emfisema,
penyakit ini selalu dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Oleh karena itu,
beberapa ahli menyamakan antara emfisema dan bronchitis kronik.
e.
Hipertensi Pulmoner
Hipertensi pulmoner primer (HPP) adalah kelainan paru
yang jarang, dimana didapatkan peningkatan tekanan arteri polmonalis jauh
diatas normal tanpa didapatkan penyebab yang jelas. Tekanan arteri polmonal
normal pada waktu istirahat adalah lebih kurang 14 mmhg. Pada HPP tekanan
arteri polmonal akan lebih dari 25 mmhg saat istirahat, dan 30 mmhg saat
aktifitas HPP akan meningkatkan tekanan darah pada cabang – cabang arteri yang
lebih kecil di paru, sehingga meningkatkan tahanan (resistensi) vaskuler dari
aliran darah di paru. Peningkatan tahanan arteri pulmonal ini akan menimbulkan
beban pada ventrikel kanan sehingga harus bekerja lebih kuat untuk memompa
darah ke paru.
11. Prognosis
Angka kematian mencapai 10-15
%. Dalam persentasi kecilemboli paru
masif meninggal sebelum di diagnosis, seringkali dalam 1 jam pertama. Pada
penderita yang mendapat antikoagulan adekuat dengan heparin dan bertahan lebih
dari 2 jam, prognosis nya baik. Bila heparin tidak diberikan, akan terjadi
embolisasi pada 1/3 kasus. Resiko menurun kurang dari 5% dengan terapi heparin
yang adekuat.
12. Pencegahan
Pencegahan
emboli paru menurut dr. Rosfanty adalah :
a.
Pada
orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai
usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
b. Untuk penderita yang baru menjalani
pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
1) Menggunakan stoking elastis
2) Melakukan latihan kaki
3) Bangun dari tempat tidur dan
bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
pembentukan gumpalan.
c. Stoking kaki dirancang untuk
mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan,
sehingga menurunkan resiko emboli paru.
d. Terapi yang paling banyak digunakan
untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan
adalah heparin. Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan
selama 7 hari setelah operasi.
B.
Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Emboli Paru
1.
Pengkajian
a.
Primary survei
Pengkajian dengan pendekatan ABCD
1)
Airway
a)
Kaji dan pertahankan jalan napas
b)
Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c)
Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d)
Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk
dilakukan intubasi jika tidak dapat mempertahankan jalan napas
2)
Breathing
a)
Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse
oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%.
b)
Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non
re-breath mask.
c)
Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d)
Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e)
Kaji jumlah pernapasan
f)
Lakukan pemeriksan system pernapasan
g)
Dengarkan adanya bunyi pleura
h)
Lakukan pemeriksaan foto thorak – mungkin normal, tapi
lihat untuk mendapatkan:
3)
Circulation
a)
Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara
gallop
b)
Kaji peningkatan JVP
c)
Catat tekanan darah
d)
Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
(1) Sinus
tachikardi
(2) Adanya S1 Q3
T3
(3) right bundle
branch block (RBBB)
(4) right axis
deviation (RAD)
(5) P pulmonale
e)
Lakukan IV akses
f)
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g)
Jika ada kemungkina PE berikan heparin
h)
Jika pasien mengalami thrombolisis, alteplase
direkomendasikan sebagai obat pilihan. Berikan 50 mg IV dengan bolus. Jika
pasien tidak berespon terhadap trombolisis, segera dirujuk ke speialis untuk
dilakukan thromboembolectomy.
4)
Disability
a)
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b)
Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICU.
5)
Exposure
a)
Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan PE
b)
Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
c)
Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT
b.
Secondary survey
1)
Identitas Klien
Nama, umur, jenis Kelamin, pendidikan, alamat ,
pekerjaan
2)
Keluhan Utama
Klien sering mengeluh nyeri dada tiba- tiba sesak
napas.
3)
Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, nyeri dada, nyeri kepala, sesak
napas.
4)
Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat emboli paru-paru sebelumnya,
pembedahan, stroke, serangan jantung, obesitas, patah tulang tungkai-tungkai /
tulang panggul, trauma berat.
5)
Riwayat Kesahatan Keluarga
Apakah ada di antara keluarga klien yang mengalami
penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami klien
2. Masalah
Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a.
Pola nafas tidak efektif ,dyspnea
berhubungan dengan penurunan fungsi paru
b.
Nyeri dada berhubungan dengan infark
paru-paru
c. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
d. Resiko gagal
jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan
e. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Bruner
and Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Muttaqin,
Arif. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Rahajuningsih.
2009. Hemostatis dan Trombosis :
Pemeriksaan Laboratorium pada Trombobosis Vena Dalam. Jakarta : FKUI.
Swidarmoko,
Budi. 2010. Tromboemboli Paru In:
Pulmonologi Intervesi Dan Gawat Nafas. Jakarta : Departemen
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar