Vinsensius bate, Manggarai-flores
HIPOGLIKEMIA
A.
Pengertian
Hipoglikemia merupakan penyakit yang
disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal,
tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl. ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar
gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah
normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang
dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia
ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl,
2009).
B.
Epidemiologi
Menurut
survey yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6 % dari
total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap
diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta
penderita. Sedangkan menurut Menkes, secara global WHO memperkirakan penyakit
tidak menular (PTM) telah menyebabkan sekitar 60 % kematian dan 43 % kesakitan
diseluruh dunia (Supari, 2005).
Di Indonesia
masih belum ada data, secara umum insidens hipoglikemia.
Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki gejala. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000 kelahiran hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat dan dilahirkan dengan masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK (besar untuk masa kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes.
Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki gejala. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000 kelahiran hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat dan dilahirkan dengan masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK (besar untuk masa kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes.
C.
Anatomi Fisiologi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1.Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2.Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:
a.Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b.Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
c.Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi
insulin
akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
D.
Etiologi
Hipoglikemia
bisa disebabkan oleh:
§ Pelepasan
insulin yang berlebihan oleh pankreas
§ Dosis
insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
§ Kelainan
pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
§ Kelainan
pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun
penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis
suntikan insulin terlalu banyak.
Saat
menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa
gula darah sendiri.
2. Lupa
makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita
diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas
terlalu berat.
Olah raga
atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda
berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum
alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol
menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan
tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan
di lokasi suntikan.
Dianjurkan
bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama
akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan
waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap
obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit
yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan
hormonal.
Orang dengan
diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk
meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula
darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian
aspirin dosis tinggi.
Aspirin
dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat
hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia
yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
mengalami hipoglikemia lagi.
Faktor Resiko Hipoglikemia
§ Bayi dari ibu
dengan dibetes melitus (IDM)
§ Neonatus
yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
§ Bayi
prematur dan lebih bulan
§ BBLR
yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak
tubuh
§ Bayi
sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori
§ Neonatus
yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
§ Bayi
dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
§ Neonatus
puasa
§ Neonatus
dengan polisitemia
§ Neonatus
dengan eritroblastosis
§ Obat-obat
maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
Faktor
predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan
makan
b. kesalalahan
dosis obat
c. latihan
jasmani yang berlebihan
d. penurunan
kebutuhan insulin
o penyembuhan
dari penyakit
o nefropati
diabetic
o hipotiroidisme
o penyakit
Addison
o hipopituitarisme
e. hari-hari
pertama persalinan
f. penyakit
hati berat
g. gastro
paresis diabetic
2. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian
glukosa darah yang ketat
b. pemberian
obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian
jenis insulin
E.
Manifestasi
Klinik
Tanda dan gejala dari hipoglikemi
terdiri dari dua fase antara lain:
a. Fase pertama
a. Fase pertama
Gejala- gejala yang timbul akibat
aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa
lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
b. Fase kedua yaitu
b. Fase kedua yaitu
Gejala-
gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya
berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah
20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi
yang tidak khas adalah sebagai berikut.
v Perubahan
tingkah laku
v Serangan
sinkop yang mendadak
v Pusing pagi
hari yang hilang dengan makan pagi
v Keringat
berlebihan waktu tidur malam
v Bangun malam
untuk makan
v Hemiplegi/
afasia sepintas
v Angina
pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
F.
Patofisiologi
Seperti
sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu
dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak,
otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke
dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.
Oleh karena
itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6
mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes
ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis.
§ dehidrasi
§ kehilangan
elektrolit
§ asidosis
Apabila
jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,
di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic
yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium,
kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat
defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada
hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada
hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa
di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada
hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau
bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway
Hipoglikemia
Laporan
Pendahuluan Hipoglikemia
|
G.
Klasifikasi
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi
jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan
kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL
Terjadi
gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
H.
Penatalaksanaan
1. Menurut
PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut :
v Glukosa
diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
v Bila
diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex)
dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
2. Penanganan
Hipoglikemia
v
Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus
segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman
yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya
coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi
glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan
10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan
keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa
lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
v Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan
hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg
glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang
berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5
sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang
diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas
glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
v Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
3. Terapi
hipoglikemi
KADAR GLUKOSA
(mg/dl)
|
TERAPI HIPOGLIKEMI
(DGN RUMUS 3-2-1)
|
<
30 mg/dl
|
Injeksi
IV Dex.40% (25 cc) bolus 3 flakon
|
30-60
mg/dl
|
Injeksi
IV Dex.40% (25 cc) bolus 2 flakon
|
60-100
mg/dl
|
Injeksi
IV Dex.40% (25 cc) bolus 1 flakon
|
FOLLOW UP:
1.Periksa kadar gula darah lagi30 menit sesudah
injeksi IV
2.Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30
menit dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2sampai 3 kali untuk
mencapai kadar >120 mg/dl
|
4.
Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia
Gejala
hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik
penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan
makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin
untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko
mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan
insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering
makan dalam porsi kecil.
I.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar
gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya
antara 70- 110 mg/dl.(5)
2.
Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi
glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3.
HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan
darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak
dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar
hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi
maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
4.
Elektrolit, tejadi
peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5.
Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai
terjadi infeksi
J.
Prognosis
1.
Pada Bayi dan balita :
v Penurunan
kesakitan dan kematian terjadi dengan adanya pengendalian kehamilan diabetes
yang tepat
v Resiko
diabetes melitus pada bayi dari IDM sedikitnya 10x lebih besar daripada
populasi normal
v Perkembangan
fisis normal tapi obesitas pada anak mungkin terjadi
2.
Pada dewasa
Daftar Pustaka
Mansjoer,
Arif. 2005. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Santosa,
Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Judith M.
Wilkinson. 2005. Prentice Hall
Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes. Upper
Saddle River: New Jersey
Molina,
Patricia E, MD, Ph.D. 2006. Lange Endocrine Physiology Second Edition. United
States Of America: Lange Medical Books/ Mc.Graw-Hill.
Aina
Qorry, 2014, Ilmu penyakit Dalam
Jawa Timur, Yayasan -
Alfurqon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar