Kamis, 11 Desember 2014

asuhan keperawatan DIABETES KETOASIDOSIS (DKA)


DIABETES KETOASIDOSIS (DKA)


A.    Definisi
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus.
Suatu kedaruratan medik akibat gangguan metabolisme glukosa dengan tanda hiperglikemia (kadar gula darah sewaktu > 300 mg/dl), hiperketonemia/ketonuria dan asidosis metabolik (ph darah < 7,3 dan bikarbonat darah < 15mEq/L)
DKA adalah penyakit kritis yang ditandai dengan hiperglikemia, asidosis metabolic dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Diabetik Ketoasidosis merupakan akibat dari defisiensi insulin berat yang menyebabkan gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. (Morton, 2011)
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan akut dari DM tipe I yang ditandai oleh hiperglikemia, lipolysis yang tidak terkontrol, ketogenesis, hiperkalemia, keseimbangan nitrogen negative dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain  serta asidosis metabolik (Stillwell, 2011).

B.     Etiologi:
1.      Insulin yang tidak diberikan  atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2.      Penyakit atau keadaan yang meningkatkan kenaikan metabolisme sehingga kebutuhan insulin meningkat(infeksi, trauma) dan peningkatan kadar hormon anti insulin (glukagon, epinefrin, kortisol).
3.      Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

C.    Patofisiologi
Hiperglikemiapada keadaan defisiensi insulin seluruhjaringan tubuh seperti otot, lemak, danhati tidak dapat memanfaatkan glukosasehingga terjadi hiperglikemia. hiperglikemia pada keadaan puasa ataudefisiensi insulin terjadi karena:

- glukoneogenesis meningkat
- glikogenolisis dipercepat
- gangguan penggunaan glukosa olehjaringan perifer
- pengaruh hormon anti insulin
secara klinis hiperglikemia akan menyebabkandiuresis osmotik, karena ginjal mempunyai ambangterhadap kgd (180 mg/dl) yang dapat direabsorpsidiuresis osmotik (poliuria) akan menyebabkandehidrasi dan rasa hausdehidrasi ini akan menyebabkan berat badan
menurunhiperglikemia akan menyebabkan hiperosmolaritasyang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkatkesadaran pasienosmolaritas plasma < 320 mosm/l dapat menyebabkankomaosmolaritas plasma dapat dihitung:{ na ( mmol/l) x 2 } + glukosa( mg/dl ) + bun ( mg/dl )18 2,8atau { na ( mmol/l) x 2 } + glukosa (mmol/l ) + urea (mmol/l)
ketosis dan metabolisme lipiddefisiensi insulin akan menyebabkan lipolisissehingga kadar asam lemak dalam darah meningkatasam lemak bebas kemudian diambil oleh hati yangselanjutnya dioksidasi menjadi badan-badan keton(aseto asetat dan asam hidroksibutirat)penimbunan badan keton atau hiperketonemia akanmenyebabkan asidosis metabolikhiperlipidemia dan asidosis akan menyebabkankeseimbangan elektrolit terganggu, terutama napada kad sering terjadi pseudohiponatremia,sehingga perlu dilakukan koreksi dengan rumus:na yang diukur + {glukosa (mmol/l – 5,6} / 2pada kad total body kalium rendah, sehinggawalaupun pemeriksaan kalium darah normal,kalium sebaiknya diberikan sejak awal tatalaksana.

D.    Manifestasi klinis:
1.      Hiperglikemia pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuria dan polidipsia (peningkatan rasa haus).
2.      Pasien mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala.
3.      Hipotensi Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
4.      Penurunan volume dapat pula menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.
5.      Terjadi ketosis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinalseperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
6.      Nyeri abdomen dan gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi suatu proses intraabdominal yang memerlukan tindakanpembedahan.
7.      Napas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton.
8.      Hiperventilasi (disertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi.
9.       Pernapasan kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
10.  Perubahan status mental pada ketoasidosis bervariasi, ada yang sadar, mengantuk (letargi), koma, tergantung dari osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmotis).
11.  Nilai laboratorium, kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl (16,6 hingga 44,4 mmol/L).
12.  Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar glukosa darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl (55,5 mmol/L) atau lebih (yang biasa bergantung pada derajad dehidrasi).
13.  Kadar bikarbonat serum yang rendah (0 hingga 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8 hingga 7,3).
14.  Tingkat pCO² yang rendah (10 hingga 10 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosis metabolik.
15.  Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal atau tinggi sesuai jumlah cairan yang hilang (dehidrasi).
16.  Juga dapat terjadi pada dehidrasi.

E.     Pemeriksaan Diagnostik
a.       Kadar glukosa darah: > 300 mg /dl tetapi tidak > 800 mg/dl
b.      Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum.
c.       Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
d.      Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis),   HbA1c, urinalisis (dan kultur urine bila ada indikasi).
e.       Foto polos dada.
f.       Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
g.      Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
h.      Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
i.        Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
j.        Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal  yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
k.      Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada HCO3 250mg/dl

F.     Penatalaksanaan:
Terapi ketoasidosis diabetik diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan utama: dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis:
1.      Dehidrasi
a.       rehidrasi merupakan tindakan yang penting untuk mempertahankan perfusi jaringan.
b.      Penggantian cairan akan menggalakkan ekskresi glukosa yang berlebihan melalui ginjal.
c.       Pasien mungkin memerlukan 6 hingga 10 liter cairan infus untuk menggantikan kehilangan cairan yang disebabkan oleh poliuria, hiperventilasi, diare dan muntah.
d.      Pada mulanya, larutan saline 0,9% diberikan dengan kecepatan yang sangat tinggi, biasanya 0,5 hingga 1 L/jam selama 2 hingga 3 jam.
e.       Larutan normal saline hipotonik (0,45%) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang berisiko mengalami gagal jantung kongesti.
f.       Setelah beberapa jam pertama, larutan normal saline 45% merupakan cairan cairan infus pilihan untuk terapi rehidrasi selama tekanan darah pasien tetap stabil dan kadar natriumnya tidak terlalu rendah.
g.      Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi  (200 hingga 500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam berikutnya.
h.      Darah Pemantauan status volume cairan mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital yang sering (termasuk memantau perubahan ortostatik pada tekanan pada tekanan darah dan frekuensi jantung).
i.        Pengkajian paru dan pemantauan asupan serta haluaran cairan.
2.      Kehilangan elektrolit
a.       Pemantauan kalium: penggantian kalium yang dilakukan dengan hati-hati naeberapa jam.setelah diabetes mun tepat waktu merupakan tindakan yang penting untuk menghindari gangguan irama jantung berat yang terjadi pada hipokalemia.
b.      Pemberiannya sampai 40 mEq kalium/jam (yang ditambahkan ke dalam cairan infus) mungkin diperlukan selama beberapa jam.
c.       Setelah diabetes ketoasidosis teratasi, kecepatan pemberian kalium harus dikurangi. Paemberian infus kalium yang aman, perawat harus memastikan bahwa:
1)      Tidak ada tanda-tanda hiperkalemia (berupa gelombang T yang tinggi, lancip {atau bertakik} pada hasil pemeriksaan ECG).
2)      Pemeriksaan laboratorium terhadap kalium memberikan hasil yang normal atau rendah.
3)      Pasien dapat berkemih (dengan kata lain, tidak mengalami gangguan fungsi ginjal/renal shutdown.
d.      Pembacaan ECG dan pengukuran kadar kalium yang sering (pada awalnya setiap 2 hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam pertama terapi.
e.       Pemberian kalium ditunda hanya jika terdapat hiperkalemia atau jika pasien tidak dapat berkemih.
3.      Asidosis
a.       Asidosis yang terjadi pada diabetes ketoasidosis dapat diatasi melalui pemberian insulin. Biasanya diberikan melalui infus dengan kecepatan lambat tetapi kontinu (msl 5 unit per jam).
b.      Pemberian insulin IV dapat dilanjutkan selama 12 hingga 24 jam sampai kadar bikarbonat serum membaik (hingga mencapai sedikitnya 15 sampai 18 mEq/L).
c.       Pengukuran kadar gula darah tiap jam.
d.      Dextrose ditambahkan ke dalam cairan infus (misal Dex5NS atau Dex5 45NS) bila kadar glukosa mencapai 250 hingga 300 mg/dl (13,8 hingga 16,6 mmol/L) untuk menghindari penurunan gula darah yang terlalu cepat.

Penanganan Kedaruratan pada Pasien dengan KAD :
1.      Prinsip-prinsip pengelolaan KAD ( ketoasidosis diabetik ) adalah :
a.       Penggantian cairan dan garam yang hilang.
b.      Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin.
c.       Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
d.      Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
2.      Ada 5 hal yang harus diberikan pada penderita KAD, yaitu :
a.       Cairan
1)      Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam fisiologis. Berdasarkan perkiraan hilangnya cairan pada KAD mencapai 100 ml / kg BB, maka diberikan 1-2 liter selama 2 atau 3 jam pertama. Ada 2 keuntungan rehidrasi pada KAD, yaitu untuk memperbaiki perfusi jaringan dan menurunkan hormon kontraregulator insulin.
b.      Insulin
1)      Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan rehidrasi yang memadai. Pemberian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga dapat menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan. Insulin diberikan 4-8 unit/jam sampai glukosa darah 250 mg/dl.
c.       Kalium
1)      Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat. Hiperkalemia dan hipokalemia yang fatal dapat terjadi selama pengobatan. Ion K terutama terdapat intraselular. Pada keadaan KAD, ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya dikeluarkan melalui urine. Total defisit kalium yang terjadi selama KAD diperkirakan mencapai 3-5 mEq/Kg BB. Selama terapi KAD ion K kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasinya masuknya ion K ke dalam sel serta mempertahankan kadar K serum dalam batas normal, perlu pemberian kalium.
a)      Bila K+< 3mEq/L, beri 75mEq/L per 24 jam
b)      Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L per 24 jam
c)      Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L per 24j jam
d.      Glukosa
1)      Setelah rehidrasi awal 2 jam pertama., biasanya kadar glukosa darah akan turun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi penurunan kadar glukosa. Tujuan pemberian terapi KAD bukan untuk menormalkan glukosa tetapi untuk menekan ketogenesis.
e.       Bikarbonat
1)      Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Dengan keadaan:
a)      Hiperkalemia
b)      Hipotensi
c)      pH kurang dari 7,1 atau bikarbonat < 12 mEq/L


DAFTAR PUSTAKA


Corwin, Elizaeth J. (2009), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta:EGC.

Morton, Patricia Gonce, et al.,(2011), Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik,  Edisi 8, Jakarta:EGC.

Stillwell, Susan B. (2011), Pedoman Keperawatan Kritis, Edisi 3, Jakarta:EGC.

Doengoes,M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC

Mansjoer,A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran            UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar