BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Leukemia
merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit
yang abnormal ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat,
2006)
Leukemia
merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi)
patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir
fatal. (Nursalam, 2005).
Leukemia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal. (Baughman, 2000, hal : 336).
Leukemia
merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik
dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 1997).
Leukemia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, 2006).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi
sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit
jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.
B. Jenis-jenis Leukimia
Leukemia
dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu:
1. Leukimia
Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus
akut atau leukemia granulositik akut (LGA) yang dikateristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang
terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan
dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan
infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan orang lain.
2. Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak
dengan presentase 75%-80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblast biasabya ditemukan dalam darah tepid an selalu ada di
sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali,
dan hepatomegali, tetapi 70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa
disembuhkan.
3. Leukemia
Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan
limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah leukosit disertai
limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah
hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia
Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia
granulositik kronik (LGK), gambaran menonjol adalah:
a. Adanya
kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom abnormal yang
ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.
b. Krisis
blast fase yang dikateristikkan oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar
mieloblast.
(Price,1999)
C. Anatomi Dan Fisiologi
System
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu system sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari sel-sel ke ginjal,
paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolism.
Organ-organ
system sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan darah.
1.
Jantung
Adalah organ berongga,
terletak di mediastinum diantara kedua paru-paru didalam rongga dada diatas
diafragma. Fungsinya adalah memompa darah kaya oksigen kedalam system arteri
(yang membawanya ke sel-sel) dan menampung darah dari system vena dan
meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, veba, dan
pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di seluruh tubuh.
2.
Pembuluh darah
a. Arteri
(pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan
jantung pada ventrikel kiri dan kanan.
b. Kapiler
(pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang
sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak
Nampak, kecuali dibawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan
tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh darah
yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena
(pembuluh darah balik)
Vena
membawa darah kotor kembali ke jantung.
d. Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat
khusus, terdiri dari elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan
suatu substansi interseluler cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis utama
sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan segar tanpa
pulasan yaitu darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). (Leeson. 1997,
hal : 134).
Proses pembentukan sel darah
(hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu:
1) Sumsum
tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
a)
Tulang vertebrae
b)
Sternum (tulang dada)
c)
Costa (tulang iga)
d)
Hepar
Merupakan kelenjar terbesar dari
beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
2) Limpa
Limpa terletak di bagian kiri atas
abdomen. Limpa berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai organ limfoid dan megafosit material tertentu dalam sirkulasi darah
merah yang rusak.
Fungsi darah secara umum terdiri atas:
ü
Sebagai alat pengangkut
Yaitu mengambil oksigen atau zat
pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut
CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat-zat
makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh
atau alat tubuh, mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
ü
Sebagai pertahanan
tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh
dengan perantaraan leukosit, antibody, atau zat-zat anti racun.
ü
Menyebarkan panas ke
seluruh tubuh
Darah terdiri dari dua bagian yaitu:
v Eritrosit
Erittosit atau sel darah merah merupakan
sel yang telah berdifensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport
oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan bila dilihat pada
bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastic dan
mempunyai kemampuan berubah bentuk. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer
dan tebalnya 1,9 mikrometer. Jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5,5
juta per milimeterkubik, pada wanita 4,5-5 juta per millimeter kubik. Eritrosit
berwarna kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak
mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan
ke seluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
v Trombosit
Merupakan benda-benda kecil yang betuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya
putih dengan jumlah normal 150.000 – 450.000 mm3. Trombosit memegang peranan
penting dalam pembekuan darah juka kurang dari normal. Apabila timbul luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Proses
pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh terluka darah akan
keluar, trobosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi
thrombin. Thrombin akan bertemu dengan fibrin yang merypakan benang-benang
halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya yang akan menahan sel darah,
dengan demikian akan terjadi pembekuan.
v Leukosit
Sel darah yang bentuknya dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel.
Leukosit berwarna bening (tidak berwarna). Banyaknya kira-kira 4000-11000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh
yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam
jaringan tubuh yaitu jaringan retikulo endotel system, fungsi yang lain sebagai
pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa dan pembuluh darah. Ada golongan utama leukosit yaitu agranular
dan granular.
§
Leukosit agranular
mempunyai sitoplasma yang tampak homogeny dan intinya berbentuk bulat. Ada dua
jenis leukosit agranular:
o Limfosit
Adalah leukosit mononuclear lain dalam
darah yang memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran
sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit granula. Bentuk
kromatin inti saraf dengan jala-jala yang berhubungan didalam. Limfosit
bervariasi dalam ukuran dari kecil (7-10 mikrometer) sampai besar seukuran
granulosit dan tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial didalam sumsum
tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk kelenjar getah bening,
lien, timus dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal dan traktur
respiratorius.
Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit
T bergantung pada timus, limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringan
limfoid lain. Sel ini secara khas ditemukan pada parakorteks kelenjar getah
bening dan lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien. Limfosit T
bertanggung jawab atas respon kekebalan selular melalui pembentukan sel yang
reaktif antigen. Sedangkan limfosit B tersebar dengan folikel-folikel kelenjar
getah bening, lien, dan pita-pita medulla kelenjar getah bening. Limfosit B
jika dirangsang dengan semestinya akan berdifensiasa menjadi sel-sel plama yang
menghasilkan immunoglobulin, sel ini bertanggung jawab atas respon kekebalan
humoral.
o Monosit
Monosit lebih besar dari pada neutrofil
dan memiliki inti monomorfik yang relative sederhana. Intinya terlipat atau
berlekuk dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma
kelihatan lebih banyak dibandingkan dengan intinya dan menyerap warna biru
keabuan yang tidak terlalu nyata, granulanya tersebar merata. Diferensiasi pematangan
dan pelepasan monosit terjadi lebih dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama
dari granulosit.
Monosit meninggalkan sirkulasi dan
menjadi makrofag dan menjadi makrofag jaringan serta merupakan bagian dari
system monosit-makrofag. Monosit mempunyai fungsi fagosit, membuang sel-sel
cedera dan mati, fragmen-fragmen sel dan mikroorganisme.
§
Leukosit granular
Leukosit ini mengandung granula spesifik
(dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Ada 3 jenis
leukosit granular:
o Neutrofil
Neutrofil merupakan system pertahanan
tubuh primer melawan infeksi bakteri, metode pertahanannya adalah proses
fagositosis.
o Eosinofil
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah
yang tidak dipahami secara jelas. Eosinpfil kelihatannya berfungsi pada reaksi
antigen, antibody dan meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan, dan
investasi parasit tertentu.
o Basofil
Basofil membawa heparin, faktor-faktor
pengaktifan histamine dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti.
Kadar basofil yang meningkat (basofilia) ditemukan pada gangguan proliferasi
dari sel-sel pembentuk darah.
v Plasma
darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah warna bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari:
o Fibrinogen
yang berguna dalam proses pembekuan darah.
o Garam-garam
mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang berguna dalam
metabolism dan juga mengadakan osmotic).
o Protein
darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan
tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
o Zat
makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral dan vitamin).
o Hormone
yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
o Antibody
atau anti toksin.
(Pearce,
1998)
D. Etiologi dan
Predisposisi
Terjadinya
leukemia banyak hal yang memepengaruhi diantaranya:
1. Factor
eksogen
a. Radiasi,
khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia meningkat pada
penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
b. Zat
kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan dysplasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi
virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia Virus)
dari leukemia limfoma kuliat dan sejak itu diisolasi dari sample serum
penderita leukemia sel T.
2. Factor
endogen
a. Bersifat
herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seprti sindrom
down mempunyai insiden leukemia akut 20 kali lipat dan riwayat leukemia
keluarga. Insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang,
dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b. Kelainan
genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak diturunkan.
(Price, 2006 : 248)
E. Patofisiologi
Leukemia
adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada
tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit didalam limfe node)
dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta mangganggu
perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit
dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel
imatur.
Proliferasi
dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya
dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
karena penurunan imun.
Trombositopenia
mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau peradarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark hidung.
(Long, 1996 : 704)
F. Manifestasi Klinik
Tanda
dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan, kelemahan,
nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal
yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi ke dalam
susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebrospinal
mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa yang menurun.
Tampaknya
juga terdapat beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme):
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan
(letargi)
4. Perdarahan
gusi
5. Mudah
memar
6. Petekie
dan ekimosis
7. Nyeri
abdomen yang tidak jelas
8. Berat
badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit
kepala (pusing)
(Hidayat, 2006 : 45)
G. Penatalaksanaan
1. Tranfusi
darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6
gr%. Pada trombositopeni yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan
tranfusi trombosit.
2. Kortikosteroid
seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya. Setelah dicapai
remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik membaik),
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika
bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi: vinkristine,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, metotrexete, vincristine, dan predniso untuk pemeliharaan.
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
Infeksi sekunder dihindarkan (bila
mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
4. Imunoterapi
merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukemia yang cukup rendah (105-106), imunoterapi diberikan. Pengobatan yang
spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan
dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi.
5. Transpantasi
sumsum tulang.
(Ngastiyah, 2005)
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi
dan
pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan
leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).48 Pada penderita LMA
ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis
lebih dari 50.000/mm3, 48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan
leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2. Pemeriksaan
sumsum tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada
penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda
(blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK
ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40%
dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
peningkatan limfosit. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan
hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas
granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
I. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan
berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1.
Gagal sumsum tulang (Bone
marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah
yang memadai, yaitu berupa:
·
Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah
merah terlalu sedikit)
·
Infeksi dan demam, karena
berkurangnya jumlah sel darah putih
·
Perdarahan, karena jumlah trombosit yang
terlalu sedikit.
2.
Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
3.
Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya
hati melebihi ukurannya yang normal.
4.
Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian
berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan
beresiko untuk pecah.
5.
Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan
kelenjar getah bening dalam ukuran konsistensi, ataupun jumlahnya.
6.
Kematian
J.
Epidemiologi
ALL (Acute Lymphoid
Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia 3
dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak
laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan
angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah. ANLL
(Acute Non Lymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak.
Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan
kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal
menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisisnya lebih singkat pada anak-anak
dengan ALL. 50% anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi
berkepanjangan.
Di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki
kloroma di sekitar orbita mata.
Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur
20-40 tahun. Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK.
K.
Prognosis
Pasien yang diperkirakan memiliki prognosis baik, berusia
lebih muda, terdapat massa di mediatinum, hitung leukosit <30.000/mm1,
subtype L1, imunotipe sel T, tidak adanya kromosom Philadelphia dan sitogenetik
normal.
Pasien yang memiliki factor prognosis baik, angka kesembuhan
50-70%, pasien yang memiliki factor prognosis buruk, angka kesembuhan 10-30%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar