BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
BENTUK
HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM
a.
Hubungan sosial
Hubungan
sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau menyelesaikan tugas.
Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti berbagi ide,
perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat
dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan membantu
pekerjaan.
b.
Hubungan Intim
Terjadi
antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang
lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk
pertumbuhan dan kepuasan.
c.
Hubungan Terapeutik
Hubungan
terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan
komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk
meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien,
pengalaman, dan perasaan klien.
Perawat dan
klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara
periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan
hubungan tetap konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan
komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan
terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan
pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan
alternatif penyelesaian masalah dibuat serta keterampilan koping baru mungkin
dikembangkan. (King cit. Varcarolis (1990))
Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :
1)
Tindakan diawali oleh perawat
2)
Respon reaksi dari klien
3)
Interaksi di mana perawat dan klien mengkaji
kebutuhan klien dan tujuan.
4) Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk
mencapai tujuan hubungan.
Tujuan Hubungan Terapeutik
Menurut
Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan
kepada pertumbuhan klien meliputi :
- Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
- Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
- Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
- Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik, Dalam membina hubungan teraputik
(berinteraksi ), (Stuart dan Sundeen, dalam Christina dkk) :
1.
Fase PraInteraksi
a.
Evaluasi Diri
b.
Penetapan tahapan hubungan / interaksi
c.
Rencana tindakan
2.
Fase Perkenalan/Orientasi
a)
Memberi salam
b)
Memperkenalkan diri perawat
c)
Menannyakan nama klien
d) Menyepakati pertemuan (kontrak)
e)
Menghadapi kontrak
f)
Memulai percakapan awal
g)
Menyepakati masalah awal
h)
Mengakhiri perkenalan
3.
Fase Orientasi
a.
Memberi salam
b.
Memvalidasi keadaan klien
c.
Mengingat kontrak
4.
Fase Kerja
a.
Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien
akan dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya.
b.
Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c.
Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
d.
Melaksanakan pendidikan kesehatan
e.
Melaksanakan kolaborasi.
f.
Melaksanakan observasi dan monitoring.
5.
Fase Terminasi
Terminasi Sementara
a.
Evaluasi hasil
b.
Tindak lanjut
c.
Kontrak yang akan datang
Terminasi Akhir
a.
Evaluasi hasil
b.
Tindak lanjut
c.
Kontrakyang akan datang
B.
Tujuan
Hubungan Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang
diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi :
- Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
- Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
- Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
- Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
DIMENSI
RESPON
Dimensi
respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4
:
1. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri
kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh :
- Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan
kesejatiannya pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang
ditampilkan akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
- Persepsi terhadap orang lain.
Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan
menguasai kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa
diri kita yang sebenarnya.
- Lingkungan.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada
dimuka publik (auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan
seseorang merasa sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya.
Wakyu yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorangtidak mampu menunjukkan
siapa dia yang sebenarnya.
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan
diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan
orang lain tersebut.
Beberapa aspek dari empati
antara lain :
a. Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain
tersebut. Aspek mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami
orang tersebut secara emosional dan intelektual.
b. Aspek Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan
alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :
1.
Kekuratan
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah
klien.
2.
Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa
yang dirasakan orang yang kita beri empati.
3.
Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
4.
Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang
kita lakukan tersebut efektif.
c. Aspek non
verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan
kehangatan dan kesejatian.
1. Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan
secara non verbal antara lain :
a. Kondisi
muka;
o
Dahi :
rileks, tidak ada kerutan.
o
Mata :
kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
o
Mulut :
rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.
o
Ekspresi :
tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan
ketertarikan.
b. Kondisi
postur/sikap.
o
Tubuh
: Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
o
Kepala
: Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan kepala jika perlu.
o
Bahu
: Mudah
digerakkan dan tidak tegang.
o
Lengan
: Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
o
Tangan
: Tidak memegang
atau menggenggam diantara keduanya, tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan
objek.
o
Dada
: Napas biasa, tidak nampak menelan.
o
Kaki
: Tampak nyaman, tidak menendang.
o
Telapak kaki
: Tidak mengetuk.
Hal-hal yang dapat merusak
kehangatan :
§ Melihat sekeliling pada sedang
berkomunikasi dengan orang lain.
§ Mengetuk dengan jari.
§ Mundur tiba-tiba.
§ Tidak tersenyum.
Hambatan dalam menunjukkan
kehangatan antara lain :
§ Terburu-buru.
§ Emosi berlebihan.
§ Shock/terkejut.
§ Penilaian tentang orang lain
sehingga membuat kita menjadi mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.
2. Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan
respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan perhatian dengan
lawan bicara.
Respek/Hormat
Respek mempunyai pengertian
perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai
klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa
syarat. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk
dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
perawat.
Perilaku
respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992)
- Melihat ke arah klien
- Memberikan perhatian yang tidak terbagi
- Memelihara kontak mata
- Senyum pada saat yang tidak tepat
- Bergerak kearah klien
- Menentukan sapaan yang disukai
- Jabat tangan atau sentuhan yang lembut
4. Konkret
Perawat menggunakan
terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan
klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Yang spesifik dan
bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan,
pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt
mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan
akurat tentang masalah dan mendorong klien dan memikirkan masalah yang
spesifik.
Contoh :
Klien
: “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku.
Mereka
: “Membuat aku marah karena mereka tahu
bahwa aku sangat berperasaan
halus.”
Perawat
: “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
Klien
: “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar
merupakan berkah. Itu adalah kutukan.”
Perawat
: “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku marah di
rumah?”
DIMENSI
TINDAKAN
1.
Konfrontasi
Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat
untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain
(Smith [1992] dikutip Intan [2005]).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar
adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan
kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)
Dua bagian
konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])
ü Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.
ü Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang
produktif dengan jelas dan konstruktif.
Konfrontasi
paling tepat dilakukan apabila :
Ø Tingkah lakunya tidak produktif
Ø Tingkah lakunya tidak merusak
Ø Ketika mereka melanggar hak kita/ hak orang lain
Factor yang harus diperhatikan
sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan Laraia(2001) adalah :
·
Tingkat hubungan saling percaya
·
Waktu
·
Tingkat stress klien
·
Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
·
Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau
kedekatan
·
Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi
klien untuk mendengarkan persepsi orang lain.
Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara lain :
a. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan
apa yang dia inginkan(ideal diri)
b. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi verbal dan perilaku
c. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan
pengalaman perawat tentang klien
Level
konfrontasi dalam hubungan terapeutik
a. Fase perkenalan : rendah
b.
Fase kerja
: tinggi
c. Fase terminasi :
rendah
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :
a. Clarify : membuat
sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
b. Articulate : dengan mengekspresikan opini
diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.
c. Reques (permintaan)
d. Encourage : memberikan support, harapa,
kepercayaan
Contoh :
Rumah kost
anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju sembarangan,
buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda biasanya
membersihkankamar setiap 2 minggu sekali dia kembali pada kebiasaannya diatas.
Anda meras atidak nyaman dan bahkan ragu-ragu untuk mengundang teman anda
dating ketempat kost anda.
Bagaimana
anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman anda?
“Kamu telah meletakkan baju di
atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu berserakan di lantai”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman
dikarenakan kamu membuat kamar kitajadi berantakan tidak karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka kamu
menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di lemari” (Request)
“Dengan jalan itu akan
terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan saya akan merasa bebas
untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir karena kamar kita berantakan”
(Encourage)
2.
Kesegeraan
Kesegaraan
mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan
untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995)
Berespon
dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat
dan klien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin
melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi
suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh :
Pasien
: “Staf disini
tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak dan buka
orang dewasa”.
Perawat
: “Saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin
kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.
3.
Membuka diri
Membuka diri
adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi
kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :
a.
Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini
dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab
b.
Empati
c.
Membuka diri
d.
Mengecek
Contoh :
Seorang klien berkata, “
minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru pulang dari rumah
sakit. Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami nyeri
dada. Saya pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin di
dalam lemari. Saya segera memberikan kepadanya dan berangsur-angsur tenang.
Nyerinya hilang. untunglah”.
Contoh membuka diri :
Wanita ini ingin mendengar
pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya (mendengar). “Saya dapat
menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin
lebih menakutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat emergency. Betapa
senangnya ketika nitrogliserin itu bekerja (empati). …. Ayah saya mengalami
nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga mengalami kecemasan yang sangat
menakutkan. Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya
merasa putus asa dan tak punya harapan (membuka diri). Apakah kamu merasakan
hal yang sama minggu lalu? (cek) ”.
4.
Emosional Katartis
Kegiatan
terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang sangt
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995).
Pemaksaan
emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik
dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang
cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu
mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : “hal itu membuatmu
merasa bagaimana? ”
Contoh
dialog :
Perawat
: “Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang?”
Klien
: “Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe
pemarah”
Perawat :
“Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang
kamu rasakan saat itu.”
Klien
: “Uh…sebel. Saya kira …. (diam)”
Perawat
: “Hal itu mebuatku marah jika trjadi padaku”
Klien
: “ Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu
harus merahasiakan semu ini karena ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan
ini terjadi. Oh, …. Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan aku ingin
dia tahu apa yang aku rasakan. ”
5.
Bermain peran
Yang
dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu
untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga
memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman
(Stuart dan Sundeen , 1995)
Bermain
peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif dengan
lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck , 1998)
Bermain
peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)
1.
Mendefenisikan masalah
2.
Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
3.
Menciptakan situasi
4.
Membuat karakter
5.
Penjelasan dan pemanasan
6.
Pelaksan memerankan suatu peran
7.
Berhenti
8.
Analisis dan diskusi
9.
Evaluasi
Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Pernerbit Salemba Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam
Keperawatan (terjemahan). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan
Motivasi Perawat Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta.
Danim S. 2003. Riset Keperawatan ,Cetakan I. Jakarta:EGC.
Nursalam.
2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar