TUGAS MATA KULIAH FARMAKOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENGOBATAN SISTEM URINARIA
Anggota :
1303037
Vinsensius Bate
Manggarai
PRODI SI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B
STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN
DENGAN PENGOBATAN
SISTEM URINARIA
A.
PENDAHULUAN
Sebagian
besar dari gangguan saluran kemih adalah disebabkan oleh infeksi saluran kemih
(ISK). Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
atas seperti pielonefritis, atau dari infeksi saluran kemih bagian bawah,
seperti prostatitis atau sistitis. Kuman patogen yang paling sering menyebabkan
infeksi saluran kemih adalah (1) Escherichia coli, (2) Kuman – kuman
Staphylococcus, (3) Klebsiella pneumoniae dan Proteus mirabilis.
Infeksi
saluran kemih ini dapat diobati dengan antiseptik, antispasmodik, antibiotik,
analgetik dan diuretik.
B.
JENIS OBAT ANTISEPTIK SALURAN KEMIH
Infeksi
saluran kemih ini dapat diobati dengan golongan obat yang kadarnya tinggi di
saluran kemih, yang disebut sebagai antiseptik saluran kemih. Kelompok obat ini
mencegah pertumbuhan bakteri pada ginjal dan kandung kemih, tetapi tidak
efektif terhadap infeksi sistemik. Antiseptik saluran kemih terbatas hanya
untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Obat ini bekerja pada tubulus ginjal
dan kandung kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri.
Jenis
obat antiseptik saluran kemih :
1.
Nitrofurantoin
a.
Nama dagang : Furadantin, Furalan,
Macpac, Macrobid, Macrodantin, Nitrofuracot
b.
Indikasi : pengobatan infeksi saluran
kemih akibat organisme yang rentan. Tidak efektif untuk infeksi bakteri
sistemik. Terapi supresif kronik pada infeksi saluran kemih.
c.
ESO :
-
SSP : pusing, sakit kepala, mengantuk
-
Mata dan THT : nistagmus
-
Respiratori : pneumonitis
-
CV : nyeri dada
-
GU : warna urin seperti karat /
kecoklatan
-
Dermis : fotosensitivitas
-
Hematologi : diskrasia darah, anemia
hemolitik
-
Neuro : neuropati perifer
d.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
saluran kemih (frekuensi, urgensi, nyeri, rasa terbakar saat BAK, demam, urin
keruh atau berbau busuk) sebelum dan secara periodik selama terapi.
-
Dapatkan spesimen untuk kultur dan
sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat.
-
Pantau perbandingan asupan dan haluaran.
Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan.
-
Dapat menyebabkan peningkatan glukosa
serum, alkali fosfatase, BUN dan kreatinin.
2)
Diagnosa keperawatan
-
Resiko infeksi
-
Nyeri
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
3)
Implementasi
-
Berikan bersama makanan atau susu untuk
meminimalkan iritasi GI, untuk memperlambat dan meningkatkan absobsi, untuk
meningkatkan konsentrasi puncak, dan untuk memperpanjang durasi konsentrasi
terapeutik dalam urin.
-
Jangan menggerus tablet atau membuka
kapsul
-
Kumur dengan air setelah pemberian
suspensi oral untuk mencegah perubahan warna gigi.
-
Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi
obat dalam 24 jam sesuai anjuran. Jika ada satu dosis yang terlewat, segera
konsumsi dan buat jarak sekitar 2 – 4 jam dengan dosis berikutnya. Jangan
melewati atau menggandakan dosis yang terlupa.
-
Peringatkan pasien untuk tidak
mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan.
-
Beritahu pasien bahwa obat ini
menyebabkan urin berwarna kuning karat sampai kecoklatan, yang tidak berarti
apa – apa.
-
Anjurkan pada pasien untuk melaporkan
bila mengalami efek samping obat.
2.
Metenamin
a.
Nama dagang : Mandelamine, Hiprex
b.
Indikasi : profilaksi infeksi saluran
kemih rekurens. Sangat bermanfaat pada prostatitis dan neurogenic bladder.
c.
ESO :
-
GI : iritasi, nausea, vomitus, diare
-
GU : disuria, hematuria, kristaluria
d.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Kaji adanya tanda infeksi (tanda vital,
urin) di awal dan selama terapi.
-
Dapatkan spesimen untuk kultur dan
sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat.
-
Pantau perbandingan asupan dan haluaran.
Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan.
2)
Diagnosa keperawatan
-
Resiko infeksi
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
-
Ketidakpatuhan terhadap proses
pengobatan
3)
Implementasi
-
Berikan 2 jam setelah makan..
-
Jangan minum bersama susu atau yoghurt,
karena akan mengurangi absorbsi.
-
Anjurkan banyak minum air putih setelah
meminum obat.
-
Instruksikan pasien untuk menghabiskan
obat sesuai anjuran.
3.
Quinolon
a.
Nama dagang : Asam nalidiksat,
Sinoksasin, Siprofloksasin, Norfloksasin
b.
Indikasi : infeksi saluran kemih
c.
ESO :
-
SSP : tremor, gelisah, konvulsi,
halusinasi, kejang, pusing
-
Mata dan THT : krusta, krista, atau
sisik di tepi kelopak mata, rasa adanya benda asing, gatal, hiperemia konjungtiva.
-
GI : mual, diare, munyah, nyeri abdomen,
rasa tidak enak di mulut
-
GU : kristaluria, silinduria, hematuria
-
Dermis : ruam, fotosensitivitas
d.
Implikasi keperawatan
1)
Pengkajian
-
Kaji adanya tanda infeksi (tanda vital,
urin, jumlah sel dadrah putih) di awal dan selama terapi.
-
Dapatkan spesimen untuk kultur dan
sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat. Dosis pertama dapat diberikan
sebelum hasilnya diperoleh.
-
Pantau perbandingan asupan dan haluaran.
Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan.
-
Dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan trombosit serum dan penurunan jumlah sel darah merah dan sel darah
putih.
2)
Diagnosa keperawatan
-
Resiko infeksi
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
-
Ketidakpatuhan terhadap proses
pengobatan
3)
Implementasi
-
Berikan disaat lambung kosong, 2 jam
setelah makan. Jika terjadi iritasi lambung, dapat diberikan bersaamaan dengan
makanan. Makanan memperlambat dan sedikit menurunkan absorbsi.
-
Jika antasid diresepkan untuk diberikan
bersamaan, berikan sedikitnya 2 jam sebelum atau sesudah obat ini.
-
Jangan diminum bersamaan dnegan susu
atau yoghurt, karena akan mengurangi absorbsi.
-
Instruksikan pasien untuk menghabiskan
obat sesuai anjuran.
-
Peringatkan pasien untuk tidak
mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan,
karena dapat menyebabkan pusing atau berkunang – kunang.
-
Peringatkan pasien untuk memakai tabir
surya dan pakaian pekindung untuk mencegah reaksi fotosensitivitas.
-
Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda –
tanda super infeksi (lidah kotor, gatal, feces cair atau berbau bususk)
-
Instruksikan psien untuk memberitahu
dokter jika gejala tidak membaik.
4.
Trimetoprim
a.
Nama dagang : Proloprim, Trimpex
b.
Indikasi : pengobatan infeksi saluran
kemih tanpa indikasi
c.
ESO :
-
GI : rasa tidak nyaman epigastrik, mual,
muntah, glositis, perubahan pengecapan, hepatitis
-
Dermis : ruam, pruritus
-
Hematologi : neutropenia,
trombositopenia, anemia megaloblastik
-
Lain – lain : demam
d.
Implikasi keperawatan
1)
Pengkajian
-
Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
saluran kemih(frekuensi, urgensi, nyeri, rasa terbakar saat BAK, deman, urin
keruh atau berbau busuk) sebelum dan secara periodik selama terapi
-
Dapatkan spesimen untuk kultur dan
sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat
-
Pantau perbandingan asupan dan haluaran.
Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan
-
Dapat menyebabkan peningkatan bilirubin
serum, SGOT, SGPT, BUN dan kreatinin.
2)
Diagnosa keperawatan
-
Resiko infeksi
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
3)
Implementasi
-
Berikan pada saat lambung kosong,
minimal 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan, dengan segelas air putih. Dapat
diberikan bersama makanan bila terjadi iritasi GI.
-
Anjurkan pasien untuk minum oabt sampai
habis sesuai instruksi dokter. Bila ada dosis yang terlupa, minum segera di
saat ingat, dengan dosis selanjutnya dipisahkan dengan jarak yang seimbang.
-
Anjurkan pada pasien untuk melaporkan
bila mengalami efek samping obat.
C.
JENIS OBAT ANALGETIK SALURAN KEMIH
1.
Fenazopiridin hidroksida
(Piridium) / analgetik non opioid
a.
Indikasi : menghilangkan
gejala saluran kemih berikut, yang terjadi sehubungan dengan infeksiatau
urologik : nyeri, gatal, rasa tebakar, urgensi, frekuensi
b.
ESO :
-
SSP : sakit kepala, vertigo
-
GI : mual, hepatotoksisitas
-
GU : gagal ginjal, urine jingga terang
-
Dermis : ruam
-
Hematologi : methemoglobinemia, anemia hemolitik
c.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian
-
Kaji pasien untuk adanya urgensi , frekuensi dan nyeri saat berurinasi
sebelum dan selama terapi.
2)
Diagnosa
-
Nyeri
-
Perubahan pola eliminasi urine
-
Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.
3)
Implementasi
-
Obat ini harus dihentikan bila nyeri atau rasa tidak nyaman telah
hilang ( biasanya 2 hari untuk pengobatan ISK). Terapi antibiotic yang
menyertai harus dapat dilanjutkan selama durasi peresapan penuh.
-
Berikan obat ini bersama makanan atau setelah makan ntuk
mengurangi iritasi GI.
-
Jangan menggerus atau mengunyah tablet.
-
Istruksikan pasien untuk meminum obat sesuai petunjuk. Bila ada
dosis yang terlewat, minumlah segera disaat ingat kecuali jika sudah dekat dengan
jadwal dosis yang selanjutnya.
-
Beritahu pasien bahwa selama pemberian fenazoporidine dihentikan
saat nyeri dan ketidaknyamanan sudah hilang, terapi antibiotik yang
menyertainya harus tetap dilanjutkan sampai durasi terapi penuh.
-
Beritahu pasien bahwa obat ini dapat menyebabkan perubahan warna
urine menjadi jingga kemerahan yang dapat menodai pakaian atau sprei. Pembalut dapat
digunakan untuk mencegah noda pada pakaian.
-
Instruksikan pasien untuk memberitahu dokter bila terjadi perubahan
warna kulit.
D.
JENIS OBAT ANTISPASMODIK SALURAN
KEMIH
Spasme
saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan antispasmodik
yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih.
Jenis
obat antispasmodik saluran kemih :
1.
Dimetil sufoksida
(DMSOI)
a.
Nama dagang : Demasorb
b.
Indikasi : meredakan spasme saluran
kemih, infeksi atau cidera yang bekerja langsung pada otot polos dan saluran
kemih.
c.
ESO
:
-
GI : Mulut kering, distensi usus halus
dan konstipasi
-
CV : peningkatan denyut jantung, pusing
d.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Dapatkan riwayat dari klien mengenai
masalah klinis dengan ISK atau gangguan saluran kemih lainnya.
-
Kaji klien adanya tanda – tanda dan
gejal – gejala dari ISK seperti nyeri atau rasa terbakar sewaktu berkemih serta
rasa dorongan berkemih.
2)
Intervensi :
-
Pantau keluaran urin
-
Jika terdapat oliguri dan anuria perlu
diberikan perhatian khusus mengenai keluaran urin sewaktu memberikan antiseptik
saluran kemih dan segera laporkan jika keluaran urin berkurang.
-
Sebelum memulai terapi lakukan pembiakan
urin untuk menentukan organisme penyebab ISK.
-
Amati klien akan adanya efek samping dan
reaksi yang merugikan terhadap obat – oabt antiseptik saluran kemih. Neuopati
perifer (kesemutan, baal pada anggota gerak) dapat terjadi akibat insufisiensi
ginjal.
2.
Oksibutinin
a.
Nama dagang : Ditropan
b.
Indikasi : pengobatan gejala perkemihan
berikut yang mungkin berkaitan dnegan kandung kemih neurogenik : sering
berkemih, urgensi berkemih, nokturia, inkontinensia.
c.
ESO :
-
SSP : mengantuk, pusing, insomnia,
kelemahan, halusinasi
-
Mata dan THT : penglihatan kabur,
midriasis, peningkatan TIO, sikloplegia, fotopobia
-
CV : takikardi, palpitasi
-
GI : mulut kering, mual, muntah,
perasaan kembung, konstipasi
-
G : anang – anyangen (hesitancy),
retensi urin, impotensi
-
Dermis : keringat berkurang, urtikaria
-
Endokrin : supresi laktasi
-
Metabolisme : hipertermia
-
Lain – lain : reaksi alergi, hangat
kemerahan, demam.
d.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Pantau pola berkemih pasien dan
perbandingan asupan dan haluaran serta kaji abdomen untuk adanya distensi
kandung kemih sebelum dan secara periodik selama terapi. Dokter dapat
menginstruksikan keteterisasi untuk mengkaji rsidu pasca urinasi. Kistometri,
untuk mendiagnosa jenis disfungsi kandung kemih, biasanya dilakukan sebelum
meresepkan Oksibutinin.
2)
Diagnosa keperawatan
-
Perubahan pola eliminasi urin
-
Nyeri
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
3)
Implementasi :
-
Dapat diberikan pada saat lambung kosong
atau bersama makanan atau susu untuk mencegah iritasi lambung.
-
Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi
obat sesuai anjuran. Jika ada satu dosis yang terlewat, konsumsi segera disaat
ingat kecuali jika sudah dekat dengan jadwal dosis berikutnya.
-
Peringatkan psien untuk tidak
mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas lainyang memerlukan kewaspadaan.
-
Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi
alkohol atau depresan SSP lain secara bersamaan dengan pengobatan ini.
-
Anjurkan pasien untuk sering berkumur,
higiene oral, mengunyah permen atau permen karet rendah gula untuk meminimalkan
mulut kering.
-
Hindari aktivitas berat di linkungan
yang hangat karena dapat terjadi overheat.
-
Anjurkan pasien untuk memakai kacamata
pelindung ketika keluar di saat sinar matahari terang.
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
asupan cairan, asupan makanan tinggi protein dan peningkatan mobilitas untuk
mencegah konstipasi.
3.
Flavoksat
a.
Nama dagang : Urispas
b.
Indikasi : mengurangi gejala akibat
gangguan saluran kemih seperti disuria, urgensi, nyeri suprapubik, frekuensi
dan inkontinensia yang terjadi pada penderita sistitis, prostatitis, uretritis,
uretrosistitis dan uretrogonitis.
c.
ESO :
-
SSP : gelisah, vertigo, sakit kepala,
mengantuk, bingung
-
GI : mual, muntah, mulut kering
-
Mata : gangguan akomodasi mata, peningkatan
TIO, gangguan penglihatan
-
GU : disuria
-
CV : takikardi, palpitasi
-
Hematologi : eosinofilia, leukopenia
-
Dermis : dermatitis, urtikaria
-
Lain – lain : hiperpireksia
d. Implikasi
keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Dapatkan riwayat dari klien mengenai
masalah klinis dengan ISK atau gangguan saluran kemih lainnya.
-
Kaji klien adanya tanda – tanda dan
gejal – gejala dari ISK seperti nyeri atau rasa terbakar sewaktu berkemih serta
rasa dorongan berkemih.
2)
Intervensi :
-
Pantau keluaran urin
-
Sebelum memulai terapi lakukan pembiakan
urin untuk menentukan organisme penyebab ISK.
-
Amati klien akan adanya efek samping dan
reaksi yang merugikan terhadap obat – obat antiseptik saluran kemih. Neuopati
perifer (kesemutan, baal pada anggota gerak) dapat terjadi akibat insufisiensi
ginjal.
E. JENIS
OBAT ANTIBIOTIK SALURAN KEMIH
Antimikroba atau antibiotik adalah
obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat
menghambat / membasmi mikroba lain (jasad renik / bakteri), khususnya mikroba
yang merugikan manusia (penyebab infeksi pada manusia).
Antibiotika adalah segolongan
senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri.
jenis
obat antibiotik saluran kemih :
1. Trimethoprim – sulfamethoxazole
a.
Nama
Generik : Co – trimoxazole
b.
Nama
Dagang : Bactrim® (Roche), Kaftrim® (Kimia Farma),
Inatrim® (Indo Farma), Primadex® (Dexa Medica), Sanprima®
(Sanbe), Triminex® (Konimex)
c.
Indikasi
: infeksi saluran kemih
d.
ESO
:
-
SSP
: sakit kepala, insomnia, keletihan, depresi, halusinasi
-
GI
: mual, muntah, stomatitis, diare
-
GI
: kristaluria
-
Dermis
: ruam, fotosensitivitas
-
Hematologi
: anemia aplastika, agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, anemia
megaloblastik, anemia hemolitik.
e.
Implikasi
Keperawatan
1)
Pengkajian
-
Kaji
pasien untuk adanya tanda tanda infeksi ( TTV, tampilan luka, sputum, urine dan
feces ) diawal dan selama terapi.
-
Ambil
specimen untuk kultur dan uji sensitifitas sebelum memulai terapi. Dosis
pertama dapat diberikan sebelum hasilnya di peroleh.
-
Inspeksi
sisi penyuntikan IV dengan sering. Banyak terjadi phlebitis.
-
Kaji
pasien untuk adanya alergi terhadap sulfonamide.
-
Pantau
perbandingan asupan dan pengeluaran. Asupan cairan harus cukup untuk
mempertahankan pengeluaran urine minimal 1200-1500 ml sehari untuk mencegah
Kristaluria dan pembentukan batu.
2)
Diagnosa
Keperawatan :
-
Resiko
infeksi
-
Kurang
pengetahuan tentang program pengobatan
-
Ketidakpatuhan
dengan program pengobatan Implementasi
3)
Implementasi
:
-
Jangan
memberikan obat ini secara IM
-
PO
: Berikan selama 24 jam pada saat lambung kosong minimal 1 jam sebelum atau 2
jam setelah makan, dengan segelas air. Gunakan alat ukur terkalibrasi untuk
preparat cairan
-
Infus
intermitern : encerkan setiap ampul 5ml dengan 125ml D5W . Pelarut dapat di
kurang sampai dengan 75 ml bila di perlukan pembatan cairan. Jangan di gunakan
bila larutan keruh atau mengandung endapan. Larutan stabil selama 6 jam pada
pengenceran standard dan 2 jam pada pengenceran restriksi cairan pada suhu
kamar. Jangan simpan pada lemari pendingin.
2.
Ciprofloxacin
a.
Nama
Generik : Ciprofloxacin
b.
Nama
Dagang : Ciproxin® (Bayer), Interflox® (Interbat),
Nilaflox® (Nicholas), Quidex® (Ferron), Renator®
(Fahrenheit), Scanax® (Tempo Scan Pasific)
c.
Indikasi
: infeksi saluran kemih
d.
ESO
:
-
SSP
: tremor, gelisah, halusinasi, kejang, pusing
-
Mata
dan THT : rasa adanya benda asing, gatal, hiperemia konjungtiva
-
GI
: mual, muntah, diare, nyeri abdomen, rsa tidak enak di mulut.
-
GU
: kristaluria, silinduria, hematuria
-
Dermis
: ruam, fotosensitivitas
e.
Implikasi
Keperawatan
1)
Pengkajian
-
Kaji
pasien untuk adanya tanda tanda infeksi ( TTV, tampilan luka, sputum, urine dan
feces ) diawal dan selama terapi.
-
Ambil
specimen untuk kultur dan uji sensitifitas sebelum memulai terapi. Dosis
pertama dapat diberikan sebelum hasilnya di peroleh.
-
Pantau
perbandingan asupan dan pengeluaran. Asupan cairan harus cukup untuk
mempertahankan pengeluaran urine minimal 1200-1500 ml sehari untuk mencegah
Kristaluria dan pembentukan batu.
-
Dapat
menyebabkan peningkatan atau penurunan trombosit serum dan penurunan sel darah
merah dan sel darah putih.
4)
Diagnosa
Keperawatan :
-
Resiko
infeksi
-
Kurang
pengetahuan tentang program pengobatan
-
Ketidakpatuhan
dengan program pengobatan Implementasi
5)
Implementasi
:
-
PO
: Berikan pada saat lambung kosong, 2 jam setelah makan, dengan segelas air.
Jika terjadi iritasi lambung dapat diberikan bersamaan dengan makanan.
-
Jika
diberikan antasid, berikan sedikitnya 2 jam sebelum atau sesudah obat ini.
-
Jangan
diminum bersamaan dengan susu atau yoghurt.
-
Infus
intermitern : encerkan sampai konsentrasi 1 – 2 mg / ml dengan NaCl 0,9 % atau
D5W. Stabil sampai 14 hari jika disimpan dalam almari es atau suhu ruang.
-
Anjurkan
pasien untuk meminu obat sampai habis
-
Peringatkan
pasien untuk tidak mengemudi atau melakukan aktivitas yang memerlukan
kewaspadaan
-
Peringatkan
pasien untuk memakai tabir surya dan pakaian pelindung untuk mencegah
fotosensitivitas
-
Anjurkan
pasien untuk melaporrkan tanda – tanda super infeksi (lidah kotor, gatal, feses
berbau busuk atau cair)
F.
DIURETIK
Obat
ini meningkatkan ekskresi selektif berbagai elektrolit dan air dengan
mempengaruhi mekanisme ginjal untuk sekresi tubuler dan reabsorbsi. Kelomopok
yang biasa digunakan adalah diuretik tiazid dan diuretik lain yang menyerupai
tiazid (klortalidon, hidroklortiazid, indapamid, dan metolazon), diuretik loop
jenisnya (bumetadin, asam etakrinat, dan furosemid) dan diuretik osmotik
(monitor).
1.
Diuretik
Tiazid
a. Nama dagang : Klorotiazid, Hidroklortiazid,
Metolazon
b. Indikasi : pengobatan edema yang berkaitan dengan
disfungsi ginjal
c. ESO :
-
SSP :
mengantuk, letargi, pusing, kelemahan
-
CV : hipotensi
-
Dermis : ruam,
fotosensitivitas
-
Endokrin :
hipoglikemia
-
GI :
anoreksia, mual, muntah, kram, hepatitis
-
MS : kram otot
d. Implikasi keperawatan
1) Pengkajian
-
Pantau tekanan darah, asupan dan
haluaran, timbang berat badan tiap hari, kaji adanya udem.
-
Kaji pasien yang mendapat glukosida
jantung untuk adanya anoreksia, mual, muntah, kram otot, parastesia, konfusi
-
Kaji adanya alergi terhadap sulfunnamik.
2) Diagnosa
keperawatan
-
Kelebihan volume cairan
-
Kekurangan volume cairan
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
3) Implementasi
-
Berikan obat ini dipagi hari agar siklus tidur tidak
terganggu, jangan memberikan larutan atau tablet yang sudah berubah warna.
-
Memberikan bersama makanan atau susu
untuk meminimalkan iritasi lambung
-
IV langsung : memberikan setiap 20 mg
secara perlahan selama 1 – 2 menit.
-
Infus intermitten : encerkan dosis dalam
D5W, D10W, D20W, D5 / NaCL 0,9 %, D5 atau LR, NaCL 0,9%, NaCL 3% atau larutan
laktat ringer. Gunakan larutan yang sudah di encerkan selama 24 jam.
-
Kecepatan : berikan dengan selang atau 3
way stop cock dengan kecepatan tidak lebih dari 4 mg / menit pada orang dewasa
guna menghindari ototoksisitas.
2. Diuretik
Loop
a. Nama
dagang : Bumetanid (bumex), Asam Etakrinat (edacrin),
Furosemid
b. Indikasi
: penatalaksaan udem pada penyakit ginjal
c. ESO
:
-
SSP : pusing, sakit kepala, ensefalopati
-
Mata dan THT : tuli, tinitus
-
CV : hipotensi
-
GI : mual, muntah, diare, konstipasi
-
GU : sering berkemih
-
Dermis : ruam, fotosensitivitas
-
MS : kram otot
d. Implikasi
keperawatan :
1) Pengkajian
-
Kaji status cairan selama terapi. Pantau
BB harian, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi
paru, turgor kulit, dan membran mukosa. Beritahu dokter bila terjadi kehausan,
mulut kering, lethargi, kelemahan, hipotensi atau oliguria.
-
Pantau TTD dan nadi sebelum dan selama
pemberian.
-
Kaji pasien yang mendapat glukosida
jantung untuk adanya anoreksia, mual, muntah, kram otot, parastesia, konfusi
-
Kaji pasien untuk adanya tinitus dan
kehilangan pendengaran.
-
Kaji adanya alergi terhadap sulfunnamik.
2) Diagnosa
keperawatan
-
Kelebihan volume cairan
-
Kekurangan volume cairan
-
Kurang pengetahuan tentang program
pengobatan
3) Implementasi
:
-
Berikan obat ini dipagi hari agar siklus tidur tidak
terganggu, jangan memberikan larutan atau tablet yang sudah berubah warna.
-
Memberikan bersama makanan atau susu
untuk meminimalkan iritasi lambung
-
IV langsung : memberikan setiap 20 mg
secara perlahan selama 1 – 2 menit.
-
Infus intermitten : encerkan dosis dalam
D5W, D10W, D20W, D5 / NaCL 0,9%, D5 atau LR, NacL 0,9%, NaCl 3% atau larutan
laktat ringer. Gunakan larutan yang sudah di encerkan selama 24 jam.
-
Kecepatan : berikan dengan selang atau
3way stop cock dengan kecepatan tidak lebih dari 4mg/menit pada orang dewasa
guna menghindari ototoksisitas.
-
Instruksikan pasien untuk inum obat sesuai petunjuk. Dosis yang terlupa
harus segera diminum. Jangan menggandakan dosis.
-
Peringatkan pasien untuk melakukan
perubahan posisi secara perlahan, menghindari alkohol, hindari olah raga dalam
cuaca panas, untuk mencegah hipotensi ortostatik
-
Diit tinggi kalium
-
Gunakan tabir surya dan pakaian
pelindung untuk menghindari reaksi fotosensitivitas
3.
Diuretik
Hemat Kalium
a.
Nama dagang : Spironoklaton
(Aldacaton), Triamteren (Dyrenium), Amilorid (Midamor)
b.
Indikasi : mengatasi udem, mengatasi
kehilangang kalsium akibat diuretik lain
c.
ESO :
-
SSP : sakit
kepala, pusing
-
CV : aritmia
-
GI : mual,
muntah, anoreksia, diare, kram, konstipsi, flatulen
-
GU :
impotensia
-
MS : kram otot
d.
Implikasi
keperawatan
1)
Pengkajian
-
Proses prebandingan asupan dan haluaran
serta berat badan setiap hari. Kaji adanya edema perifer dan auskultasi paru
untuk adanya ronkhi / krekels secara periodik selama terapi.
-
Kaji pasien secara rutin untuk adanya
tanda – tanda hiperkalemia (keletihan, kelemahan otot, parestesia, konfusi,
dispnea, aritmia). Pasien yang menderita diabetes melitus atau atau penyakit
ginjal dan pasien lansia beresiko tinggi mengalami gejala ini.
-
EKG periodik di anjurkan pada pasien
yang mendapat terapi jangka panjang.
-
Pertimbangan test lab : kadar kalium
serum harus di evaluasi sebelum dan secara rutin selama terapi. Tunda pemberian
obat dan bertahu dokter bila pasien terjadi hiperkalemi.
-
Pantau BUN, kreatinin serum dan
elektrolit sebelum dan secara periodik selama terapi. HSD dan jumlah trombosit
juga harus dipantau secara periodik selama terapi akan menyebabkan peningkatan
glukosa serum, magnesium, asam urat, BUN, kreatinin, kalium, dan kadar eksresi
kalsium urine. Juga dapat menyebabkan penurunan kadar natrium
2)
Diagnosis keperawatan
-
Kelebihan volume cairan
-
Kurang pengetahuan tentangprogram
pengobatan
3)
Implementasi
-
Tersedia dalam kombinasi dengan
hidroklorotiazid (dyazide, maxzide). Kapsul ( dyazide) tidak setara dengan
tablet (maxzide). Ketika beralih merk harus dilakukan penyesuaian dosis. Berikan
dipagi hari untuk menhghindari gangguan pola tidur.
-
Berikan bersama makanan / susu untuk
meminimalkan iritasi GI dan meningkatkan ketersediaan hayati. Kapsul dapat
dibuka dan dapat dicampur dengan makanan atau cairan bagi pasien yang kesulitan
menelan.
-
Tekankan pentingnya melanjutkan obat ini
sekalipun sudah merasa lebih baik. Jangan menggandakan dosis.
-
Peringatkan pasien untuk menghindari
pengganti garam dan makanan yang mengandung tinggi kalium atau natrium kecuali
jika dokter meresepkan secara spesifik.
-
Anjurkan pasien untuk memakai tabir
surya dan pakaian pelindung guna mencegah reaksi fotosensitivitas.
-
Dapat menyebabkan pusing
-
Beritahukan pasien untuk menghindari
penggunaan obat yang dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter atau
apoteker.
-
Beritahu pasien bahwa Triamteren dapat
menyebabkan urine berwarna kebiruan.
-
Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter
bila terjadi kram otot , demam, sakit tenggorokkan, luka mulut, perdarahanan/
memar yang tidak biasa, keletihan, kelemahan atau mual berat, muntah/ diare.
4.
Diuretik
osmotik
a.
Nama dagang : Manitol
b.
Indikasi : adjuvan pada pengobatan gagal
ginjal oligori akut, adjuvan dalam pengobatan udem
c.
ESO :
-
SSP : sakit kepala, konfusi
-
Mata dan THT : penglihatan kabur,
rinitis
-
CV : takikardi, nteri dada, edem pulmo,
CHF
-
GI : haus, mual, muntah
-
GU
gagal ginjal, retensi urin
d.
Implikasi keperawatan :
1)
Pengkajian :
-
Pantau TTV,
keluaran urin, CVP, PAP, sebelum dan setiap jam selama pemberian. Kaji adanya
tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
-
Kaji adanya
efek samping obat
-
Pantau status
neurologik
-
Pantau adanya
nyeri mata yang menetap atau meningkat atau penurunan ketajaman penglihatan.
2)
Diagnosa
keperawatan :
-
Kelebihan
volume cairan
-
Resiko
kekurangan volume cairan
3)
Implementasi :
-
Inspeksi sisi
infus. Kadang terjadi ekstravasasi
-
Jangan berikan
bersamaan dengan darah
-
Konfirmasi
dengan dokter untuk pemasangan foley cateter
-
Berikan infus
tanpa diencerkan. Jika larutan mengandung kristal, hangatkan botol dalam air
panas dan kocok dengan kuat. Jangan berikan larutan yang kandungan kristalnya
tidak dapat larut. Dinginkan sampai suhu dingin.
DAFTAR PUSTAKA
Arif,
M; 2008; Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press
Deglin,
H, Judith; 2005; Pedoman Obat untuk Perawat, Jakarta, EGC
Joyce
L. Kee, Evelyn R Hayes; 2009; Farmakologi : Pendekatan Proses keperawatan,
Jakarta, EGC
SKACH,
Williams; 1996; Penuntun Terapi Medis, Ed 18, Jakarta, EGC
Stringer
Janet L; 2008; Konsep Dasar Farmakologi : Panduan untuk Mahasiswa, Ed 3,
Jakarta, EGC
2008;
Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed 2, Jakarta, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar