Selasa, 08 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS


 By: Vinsen Bate
 
A.    Konsep Dasar Medis
1.        Defenisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara hidropaotologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya.
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada:
 1) manifestasi klinis,
2) gambaran histologi yang khas,
3) distribusi anatomi, dan
4) kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronik.
Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut.

Gastritis akut adalah proses peradangan jangka-pendek yang terkait dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, kemoterapi, dan mikro-organisme infektif.

Gastritis kronik terbagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi anti-bodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacterpylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Gastritis dapat juga dibagi menjadi akut dan kronik, harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak sering berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut.
2.      Etiologi
·         Indisekresi diet → makan terlalu banyak cepat, terlalu berbumbu, makanan yang terinfeksi
·         Infeksi → bakteri helicobactery pylory
·         Aspirin dan obat AINS → merusak mukosa lambung
·         Alkohol → dapat mengikis mukosa pada dinding lambung
·         Terapi radiasi → luka pada lambung.
3.      Pathofisiologi
Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mukosa terjadi kemerahan, edema dan meradang, biasanya peradangan ini terbatas pada mukosa saja. Apabila sering mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat iritasi maka dapat menyebabkan perdarahan mukosa lambung, juga dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat meningkatkan jumlah asam lambung. Keadaan demikian dapat menyebabnkan iritasi yang lebih parah pada mukosa lambung akibat hipersekresi dari asam lambung.


4.      Pohon Masalah
Zat kimia / makan yang merangsang
 Produksi mucus sel epitel kolumner
Vasodilatasi sel mukosa gaster
Produksi HCL
/                 \
Anoreksia                             Nyeri
                                              ↓
                                               Kontak HCL dengan
                                                mukosa gaster
                                         ↓
                  Erosi pada mukosa lambung
                                               ↓
                                                Perdarahan
5.      Manifestasi Klinis
Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematonesis dan melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnese lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
A. Gastritis Akute.
a. Gastritis Akute Eksogen Simple
Ø  Nyeri epigastrik mendadak.
Ø  Nausea yang di susul dengan vomitus.
Ø  Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta tachicardi.
Ø  Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
b. Gastritis Akute Eksogen Korosiva
·         Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
·         Tachicardi dan sianosis.
·         Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
·         Nyeri hebat / kolik.
c. Gastritis Infeksiosa Akute
·         Anoreksia
·         Perasaan tertekan pada epigastrium.
·         Vomitus.
·         Hematemisis.
d. Gastritis Hegmonos Akute :
·         Nyeri hebat mendadak di epigastrium - Neusia.
·         Rasa tegang pada epigastrium - Vomitus.
·         Panas tinggi dan lemas - Tachipneu.
·         Lidah kering sedikit ekterik - Tachicardi
·         Sianosis pada ektremitas - Diare.
§  Abdomen lembek - Leukositosis
B. Gastritis Kronis, terdiri dari :
a. Gastritis Superfisialis.
·         Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
·         Penurunan BB.
·         Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
·         Nousea.
·         Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
·         Terasa pusing.
·         Vomitus.
b. Gastritis Atropikan.
·         Rasa tertekan pada epigastrium. - Anorexia.
·         Rasa penuh pada perut. - Nousea.
·         Keluar angin pada mulut. - Vumitus.
·         Mudah tersinggung. - Gelisah.
·         Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c. Gastritis Hypertropik Kronik
-          Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
-          Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
-          Kadang disertai melena
6.      Penatalaksanaan medis
o   Menghindari alcohol dan makanan yang merangsang sampai gejala berkurang
o   Diet mengandung gizi bila pasien mampu makan melalui mulut
o   Berikan cairan intra vena
o   Bila akibat asam → menetralisir dengan antasida (aluminium hodroksida)
o   Bila akibat alkali → menetralisis alkali dengan jus lemon encer dan cuka encer
o   Bila korosi luas atau berat → hindari emetic dan lavage →bahaya perforasi
o   Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress, dan farmakologi.
7.      Pemeriksaan Diagnostik
·         Pemeriksaan Analisa Gaster
·         Pemeriksaan Angiogarfi
·         Pemeriksaan Amilase Serum
·         EGD (Esofagogastriduodenoskopy)
·         Minum Barium dengan Foto Rontgen
B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
·         Aktifitas/istirahat
Gejala     : Kelemahan, kelelahan
Tanda     : Takikardia, takipnea, hiperventilasi (respon terhadap aktifitas)
·         Sirkulasi
               Gejala     :Hipotensi (termasuk postural).Takikardia, distripnea              (hipovolemia/hipoksemia)Kelemahan atau nadi perifer Pengisian kapiler lemah atau berlahan (vasokonstriksi) Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)Kelemahan kulit atau membran mukosa


·         Integritas Ego
Gejala     : Faktor stress akut atau kronis (keungan atau hubungan kerja) perasaan         tak berdaya
Tanda     : Ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
·         Eliminasi
Gejala     :Riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan Gi.
Tanda     :Nyeri tekan abdomen, istensi bunyi usus sering hiperaktif selam perdarahan, Karakteristik feses, diare darah warna  gelap, kecoklatan atau kadang-kadang warna cerah berbusa, bau busuk (steatorea). Konstifasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida). Haluaran urine : menurun, pekat.
·         Makanan dan cairan
Gejala     :Anoreksia, mual, muntah, (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik, bagian luar yang berhubungan dengan luka duodenal). Cegukan nyeri ulu hati, sendawa, bau asam/muntah
Tanda     :Muntah, warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

·         Neurosensi
Gejala     : Rasa berdenyut, pusing atau sakit kepala karna sinar, kelemahan. Tingkat kesadarandapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, samapi pingsandan koma (tergantung pada volume sirkulasi atau oksigenasi).
·         Nyeri/kenyamanan
Gejala     : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dpat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan atau distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri samapai tengah atau menyebar kepunggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang hilang dengan antasida (ulusgaster). Nyeri epigastrum kiri sampai menyebar kepunggung terjadi ± 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal) tak ada nyeri (varisis esophageal ata gastritis).
Tanda     : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
·         Keamanan
Gejala     : Alergi terhadap obat atau sensitive, misalnya : ASA
Tanda     : Peningkatan suhu, spisider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis atau hipertensi portal).
·         Penyuluhan/pembelajaran
Gejala     : Adanya penggunaan obat resep atau dijual bebas  yang mengandung ASA, alcohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Animea, trauma kepala, flu usus, episode muntah berat.


2.    Diagnosa Keperawatan
 DX I      : Kekurangan volume cairan b/d perdarahan, mual, muntah dan anoreksia d/d pucat, berkeringat, gelisah, perubahan mental.
K/H        : Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab dan turgor mukosa baik.

Intervensi
Rasional
Mandiri :
-          Catat karakteristik muntah/diare







-          Awasi tanda vital




-          Awasi masukan dan haluaran di hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/cairan melaui muntah, penghisapan gaster/lavase dan difekasi.
-          Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada defekasi. Jadwlkan aktifitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan.
-          Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.


Kolaborasi :
-          Berikan cairan/darah sesuai indikasi


-          Berikan obat sesuai indikasi, ranitidine (zantac), diatidine (acid).

-          Membantu dalam membedakan penyebab distress gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka, kandunga pekal menunjukkan obstuksi usus, darah merah cerah manandakan adanya atau perdarahan arterial akut.

-          Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar kehilangan dara, misalnya : TD < > 110 diduga 25% penurunan volume atau ± 1000 ml.

-          Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.



-          Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.

-          Mencegah reflex gaster pada aspirasi antasida diman dapat menyebabkan komplikasi paru serius.


-          Penggantian cairan tergantung pada derajat hivopolemia dan hanya perdarahan (akut atau kronis).
-          Penghambatan histamine H2 menurunkan histamine produksi gaster. Antasida (misalnya : ampojd, Maalox, Mylanta, piopan).
-          Dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih tinggi untuk menurunkan resiko perdarahan ulang. Antemetik (misalnya : metoklopramid/regtan. Proglorperazine/campacine.
-          Menghilangkan mual dan mencegah muntah.




DX II     :Resiko tinggi kekurangan perpusi jaringan b/d hivopolimea d/d sakit kepala, pucat, berkeringat, TD rendah.
K/H     :Mempertahankan perkusi jarngan dengan bukti tanda vital stabil, nadi periver teraba.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
-          Catat haluaran dan jenis berat urine



-          Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.




-          Observasi kulit untuk pucat, kemerahan, pijat dengan minyak, ubah posisi dengan sering.

Kolaborasi :
-          Berikan oksigen tambah sesuai indikasi.

-          Berikan cairan IV sesuai indikasi.

-          Penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia/gagal ginjal, dimenifestasikan dengan penurunan keluaran urine.
-          Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek buffer darah, nyeri berat berlanjut  atau tiba-tiba dapat menunjukkan  iskemia sehubungan dengan terapi vasokinstriksi.

-          Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan resiko kerusakan kulit.



-          Mengobati hifoksemia  dan asidosis laktat selam perdarahan akut.

-          Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.

DX III    :Ansietas/ketakutan b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian d/d pasien gelisah.
K/H        :Menunjukan rilek dan laporan terhadap ansietas menurun sampai tinggkat yang dapat di tanggani.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
-          Awasi respons fisologis misal : Takipnea, palpitasi, pusing, sakit kpala, ensasi kesehatan.

-          Dorongan pernyataan takut dan ansietas, berikan ompan balik
-          Berikan informasi akurat



-          Berikan lingkungan tenang untuk istirahat



-          Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien

-          Tunjukkan tehnik relaksasi



-          Dapat menjadi indikatif drajad takut yang di alami pasien tetapi dapat juga berhubungandengan kondisi pisik/ status sok.
-          Membuat hubungan trapeutik

-          Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan dan ansietas yang tidak perlu tentang ketidaktahuan.
-          Memeindahkan pasien dari steresor luar meningkatkan relaksi, dapat meningkatkan keterampilan koping.


-          Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi sorang diri
-          Belajar cara untuk rilek dapat membantu menurunkan takut dan ansietas

DX IV : Nyeri ( Akut / kronis ) b/d luka bakar kimia pada mukosa lambung, rongga oral d/d pasien meringis.
k/h          :Menyatakan nyeri hilang menunjukan postur tubuh rilek dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.

Intervensi
Rasional
Mandiri :
-          Catat keluhan nyeri ternasuk lokasi, lamanya, intensitas (0-10)





-          Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
-          Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.




-          Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif

-          Berikan perawatan oral  sering dan tindakan kenyamanan, misalnya : pijatan punggung, perubahan posisi


Kolaborasi :
-          Berikan obat sesuai indikasi, misalnya : antasida


-          Antikolinergic (misalnya : baladonna, atropia)

-          Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gelisah nyeri pasien sebelumnya diman dapat membantu mendiagnosa, etiologi perdarahan dan terjadinya konflikasi

-          Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi

-          Makan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster, makan sedikit mencegah distensi dan haluan gastria

-          Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan
-          Nafas bau karena tertahannya secret mulut menimbulkan tidak nafsu makan dan dapat menimbulkan mual


-          Menurunkan keasaman gaster dengan absorbs atau dengan menetralisir kimia

-          Diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan notilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat kekosongan gaster dan menghilangkan nyeri rokturnal.



















DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.
Bakta, I Made, dkk.(2002). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.

Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Grace, Pierce & Borley Neil. (2007). At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: PustakaPopuler Obor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar