Rabu, 13 November 2013

ASKEP VENTRIKEL SEPTUM DEFEK(VSD)



TUGAS PBL
VENTRIKEL SEPTUM DEFEK(VSD)
 














Disusun oleh :


VINSENSIUS BATE               (1303037)



S1 PROGRAM B KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
16 – 8 bayi per 1000 kelahiran menderita penyakit jantung bawaan (PJB) (Hoffman, 1978). Sepertiga dari bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala pada minggu-minggu awal kehidupannya, 1/3 akan menunjukka n gejala pada masa neonatal. Jadi ± 0.5% bayi baru lahir kemungkinan akan menunjukkan tanda adanya kelainan jantung dan ½ nya akan menunjukkan gejala pada minggu-minggu awal kehidupannya (Fyler, 1980).
Seorang anak yang dilahirkan sebagai bayi prematur memang sering kali bermasalah dengan kesehatan tubuhnya. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut misalnya sistem imun yang belum sempurna atau keadaan organ-organ tubuh yang dapat diibaratkan “belum siap pakai”. Salah satu yang cukup sering bermasalah pada bayi prematur adalah pada organ jantung. Manifestasi klinik yang dirasakan bisa muncul pada saat masih kecil saja, besar saja atau bahkan sepanjang kehidupannya. Kelainan pada jantung yang dialami dapat berupa penyakit jantung bawaan (PJB) atau penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan dapat bersifat sianotik (tetralogi of fallot, dextroposisi aorta, atresia pulmonal, dll) dan non-sianotik Ventricle Septal Defect (VSD), defect septum atrioventriculare, Patent Ductus Arteriosus (PDA), dll). Mengingat sangat pentingnya pengetahuan mengenai PJB tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai PJB, khususnya Ventricle Septal Defect (VSD) & Atrium Septal Defect (ASD).

B.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
a.       Memperoleh gambaran mengenai penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD);
b.      Untuk mengetahui bagaimana terjadinya penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD) pada anak;
c.       Untuk mengetahui tanda dan gejala yang timbul pada penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD), pembagian serta bagaimana memberikan penanganan yang tepat.
C.     MANFAAT PENULISAN
·         Agar kita dapat mengetahui penyebab Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD).
·         Agar kita dapat mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD)

















BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.     KONSEP DASAR MEDIS
1.      Defenisi
VSD ( Ventrikel Septum Defek ) adalah :
·         Gangguan atau lubang pada septum atau sekat di antara rongga ventrikel akibat kegagalan fusi atau penyambungan sekat interventrikel.
·         Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung.
·         Kelainan jantung berupa tidak sempunanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dapat masuk dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya.

VSD (Ventrikel Septum Defek) adalah:
Defek septum ventrikel di tandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri kekanan.
·         Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
·         Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya di penuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya vascular pulmonal.
·         Jika tahanan pulmonal ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan pirau terbalik darah miskin oksigen kemudian mengalir dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.

2.      Anatomi dan Fisiologi
Jantung yang normal terletak di rongga dada sebelah kiri, di dalam ruang mediastinum. Apeks jantung menghadap ke kiri depan bawah. Besar jantung lebih kurang sebesar kepalan tangan pemiliknya.Pada bayi ukurannya relatif lebih besar daripada dewasa.Pada bayi, perbandingan jantung terhadap rongga dada (rasio kardiotoraks) mencapai 60%, pada anak besar sampai dewasa muda mencapai 50%.










Jantung tersusun atas lapisan-lapisan: perikardium, miokardium, endokardium. Dibungkus oleh lapisan pericardium parietalis dan viseralis. Perikardium viseralis menempel pada miokardium. Di antara perikardium viseralis dan parietalis terdapat cairan perikardium.
Jantung merupakan suatu ruang tertutup yang berisi cairan darah. Di dalamnya terbagi-bagi/tersekat-sekat menjadi empat ruang jantung, yaitu serambi (atrium) kanan, serambi kiri, bilik (ventrikel) kanan dan ventrikel kiri. Serambi kanan dan kiri dipisahkan oleh sekat atrium, ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh sekat ventrikel. Antara serambi dan ventrikel dihubungkan sekaligus dipisahkan oleh katup atrioventrikular yang berfungsi seperti pintu. Katup atrioventrikular yang memisahkan sekaligus menghubungkan serambi dan bilik kanan namanya katup trikuspid, yang memisahkan sekaligus menghubungkan serambi dan bilik kiri adalah katup mitral.
(a)    Atrium              
·         Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.
·         Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
(b)   Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula.Alur yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
·         Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
·         Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
(c)    Katup – Katup Pada Jantung
·         Katup atrioventrikuler
Katup antrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup ( trikuspidalis). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral atau bikuspidalis).Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel dan memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
(d)   Katup Semilunar
·         Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
·         Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole.Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
Dengan jantung, terhubung kepadanya pembuluh-pembuluh nadi besar yang mengalirkan dan menghantarkan cairan darah ke semua organ tubuh, serta pembuluh-pembuluh balik yang membawa kembali cairan darah yang sudah dipergunakan organ  untuk metabolisme menuju ke jantung.
Pembuluh-pembuluh nadi besar yang langsung terhubung atau keluar dari jantung tersebut adalah aorta- yang keluar dari bilik kiri/ventrikel kiri dan arteri pulmonalis yang keluar dari bilik/ventrikel kanan.
§  Arteri pulmonalis membawa darah - yang kotor mengandung banyak karbondioksida sehingga warnanya kebiru-biruan – dari bilik kanan ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut akan ditukar dengan oksigen sehingga darah yang kotor menjadi segar kaya oksigen berwarna merah cerah- kembali ke jantung melalu vena pulmonalis menuju atrium kiri, yang kemudian akan masuk ke dalam ventrikel kiri. Jadi arteri pulmonalis ini membawa darah ke paru dalam rangka difusi respirasi, bukan untuk menghidupi paru.
§  Aorta membawa darah yang dipompa oleh ventrikel kiri ke seluruh tubuh. Darah yang dialirkan arteri adalah darah segar kaya oksigen. Aorta kemudian akan bercabang-cabang untuk mendarahi/menghidupi: jantung (a koronarius), otak (a karotis), ekstremitas atas (a subklavia kanan dan kiri), paru (a bronkialis), hepar (a hepatika), ginjal (a renalis), usus dan peritonium ( a mesenterika), vertebra (a vertebralis), ekstremitas bawah (a femoralis), genitourinaria, dan berbagai cabang lainnya.
Pembuluh-pembuluh balik utama adalah vena kava superior dan inferior serta sinus koronarius yang membawa darah kotor kaya karbondioksida kembali ke jantung ke dalam atrium kanan. Vena kava superior membawa kembali darah dari otak dan sebagian tubuh bagian atas, vena kava inferior membawa kembali darah dan tubuh bagian bawah. Sinus koronarius membawa kembali darah yang telah dipakai untuk metabolisme otot jantung. Vena pulmonalis merupakan pembuluh balik yang membawa darah bersih kaya oksigen kembali dari paru. Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium kanan ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal.Volume pirau dapat dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vascular pulmonal.Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat.

3.      Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian VSD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
(a)    Faktor Prenatal
·         Ibu menderita infeksi Rubella.
·         Ibu alkoholisme.
·         Umur ibu lebih dari 40 tahun.
·         Ibu menderita IDDM.
·         Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
(b)   Faktor genetic
·         Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB.
·         Ayah atau ibu menderita PJB.
·         Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down.
·         Lahir dengan kelainan bawaan lain.

4.      Klasifikasi
VSD ( Ventrikel Septum Defect)
Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu :
(a)    Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal.
(b)   Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid.
(c)    Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan komponen endokardial     dari           septum            interventrikuler.
(d)   Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu :
(a)    Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan rutin.
(b)   Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan).
(c)    Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan.

5.      Insiden dan Epidemiologi VSD
Ventrikel Septum Defek (VSD) adalah penyakit jantung bawaan yang paling umum terjadi, yaitu ditemukan pada 30-60% pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan atau sekitar 2 sampai 6 dari 1000 kelahiran. Sebagian besar VSD menutup secara spontan. Sebuah studi mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100 kelahiran bayi dengan VSD, 80-90% kasus akan menutup secara spontan tidak lama setelah kelahiran.
Tidak dapat disimpulkan mengenai adanya perbedaan ras terhadap distribusi  kejadian VSD, namun VSD lebih umum terjadi pada populasi Asia, 5% dari angka kecacatan di USA, dan 30% dilaporkan di Jepang. VSD sedikit lebih sering  terjadi pada perempuan yaitu dengan perbandingan 56% : 44% dari laki-laki.

1.      Embrio Jantung
Jantung terbentuk pada masa embrio usia tiga minggu sampai tujuh minggu intrauterin. Sistem kardiovaskuler berasal dari mesoderm yang berkembang dari ectoderm. Pada hari ke 18, terbentuk bulan sabit kardiovaskuler dan terbentuk celom intra embrionik yang akan menjadi rongga berupa pericardium, pleura, dan peritoneu. Pada hari ke-20 bulan sabit berkembang menjadi pipa jantung lurus. Hari berikutnya terjadi perputaran (looping) jantung ke kanan. Pada minggu ketiga terjadi pembentukan putaran D (D-looping) disempurnakan, pembentukan ventrikel, sirkulasi mulai, dan penyekatan evolusi arkus aorta. Minggu kelima ventrikel terus tumbuh dan ostium primum ditutupi jaringan dari bantalan endocardium. Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi penutupan konus (infundibuli). Hari ke-38-45 terjadi penutupan bagian sekat ventrikel, bisa juga pasca lahir melalui penutupan spontan (Praagh, 1996).

2.      Patofisiologi VSD (Ventricular Septal Defect)
Ventricular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di septum interventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari pertumbuhannya. Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars membranasea dari septum. Defek tersebut dapat terletak dimanapun pada septum ventrikel, dapat tunggal atau banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Kebocoran di pars muskularis biasanya kecil. Kebocoran ditempat lainnya    mempunyai      ukuran bermacam-macam.
Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar menyebabkan arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt). Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan. Biasanya pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian ventrikel kanan tidak mengalami     beban            volume            dan      tidak    menjadi            dilatasi. Jumlah darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula vena-vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel kiri, disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga terjadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri yang mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri yang membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir ke ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini, maka ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah lebar. Selama sirkulasi ini berjalan lancar, tidak ada peningkatan           tekanan di dalam arteri           pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun akan terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu penyempitan dari lumen arteri-arteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih cepat terjadi pada VSD. Dengan adanya hipertensi pulmonal ini, ventrikel kanan menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami kesulitan. Dengan adanya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis, maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal. Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, arteri pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral. Jadi sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip dengan kelainan ASD dengan Hipertensi         pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara tekanan pada kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua ventrikel itu menjadi satu ruangan             (Single Ventricle). Arah kebocoran pada keadaan ini tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L to R Shunt). 
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis relatif katup pulmonal. Juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga terdengar bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat.
3.      Manifestasi Klinis VSD (Ventrikel Septum Defek)
a)      Murmur
b)      Dipsnea
c)      Anoreksia ( penurunan nafsu makan )
d)      Takipnea ( napas cepat )
e)      Ujung-ujung jari hiperemik dan diameter dada bertambah
f)       Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik
g)      Pada palpasi dan auskultasi tekanan arteri pulmonalis yang tinggi dan penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga ketiga kiri dekat sternum, dan mungkin teraba getaran bising pada dinding dada.

4.      Pemeriksaan Diagnostik
(a)    Ekokardiografi dapat menunjukkan beban volume ventrikel kanan  yang berlebihan dengan adanya ventrikel dan atrium kanan yang membesar, dan kadang-kadang tampak defeknya itu sendiri.
(b)   Echo transesofageal dapat meningkatkan sensitivitas akan adanya pirau yang kecil dan foramen ovale paten.
(c)    Aliran radionuklir menilai besarnya pirau dari kiri ke kanan.
(d)   MRI untuk menjelaskan anatominya.
(e)    Kateterisasi jantung, masih merupakan diagnostik pasti, karena dapat menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan saturasi oksigen antara vena cava dan ventrikel kanan akibat bercampurnya darah mengandung oksigen dari atrium kiri, menilai beratnya pirau dan mengukur tahanan vascular darah pulmonary.
(f)    Angiografi kontras ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat menunjukkan kelainan katup terkait atau anomaly aliran vena pulmonalis.
5.      Penatalaksanaan Medis VSD
VSD kecil tidak perlu di rawat, pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak.Berikan antibiotk seawal mungkin.Vasopresor atau vasodilator adalah obat2yang dipakai untuk anak dengan VSD dan gagal jantung missal dopamine (intropin) memiliki efek inotropik positif pada miokard menyebabkan peningkatan  curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol (isuprel) memiliki efek inotropik positif pada miokard menyebabkan   peningkatan curah jantung dan kerja jantung.Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonary.Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun, kecuali pemberian  profilaksis terhadap terjadinya endokarditis infektif terutama bila akan dilakukan tindakan operaktif di daerah rongga mulut atau tindakan pada traktus gastrointestinal /urogenital.Tidak diperlukan pembatasan aktivitas pada pasien dengan defek kecil  namun perlu dipertimbangkan pada defek yang sedang dan besar sesuai dengan derajat keluhan yang timbul.Gagal jantung pada pasien dengan defek septum ventrikel sedang atau besar biasanya  diatasi dengan digoksin ( dosis rumat 0,01 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis ), kaptopril ( ACE inhibitor ), dan diuretic seperti furosemid atau spironolakton.
Tidak semua pasien dengan VSD harus dioperasi.Tindakan operasi terindkasi pada kasus – kasus dengan gejala klinis yang menonjol terutama pada VSD sedang atau besar yang tidak mempunyai respons yang baik terhadap pengobatan .Oleh karena itu diperlukan  pemantauan klinis yang seksama dan cermat terhadap pasien VSD sebelum mengirim pasien tersebut ke ahli bedah jantung.Selain itu yang sangat penting adalah memberikan penjelasan yang benar da hati – hati kepada orang tua pasien mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi.

6.      Komplikasi VSD
(a)    Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup jantung namun dapat terjadi endokardium di tempat lain,
(a)    Gagal jantung kronik
Sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatique, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema, dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat. Tanda-tanda gagal jantung; nafas cepat, sesak nafas, retraksi.bunyi jantung tambahan (murmur), edema tungkai, hepatomegali.
(b)   Obstruksi pembuluh darah pulmonal (Adanya hambatan pada PD pulmonal ).
(c)    Syndrome eisenmenger (Terjadinya perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke kiri yang dapat menyebabkan sianosis ).
(d)   Terjadinya insulisiensi aorta atau stenosis pulmonary ( penyempitan pulmonal ).
(e)    Penyakit vascular paru progresif sebagai akibat lanjut dari syndrome eisenmenger.
(f)    Kerusakan system konduksi ventrikel


B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
1). Pengkajian Umum
a.       Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis  defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b.      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
2.      Riwayat kesehatan lalu
a.       Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b.      Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c.       Riwayat Neonatus
Ø  Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
Ø  Anak rewel dan kesakitan
Ø  Tumbuh kembang anak terhambat
Ø  Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
Ø  Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga
a.       Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung
b.      Penyakit keturunan atau diwariskan
c.       Penyakit congenital atau bawaan

c.       Sistem yang dikaji :
o   Pola Aktivitas dan latihan
-       Keletihan/kelelahan
-       Dispnea
-       Perubahan tanda vital
-       Perubahan status mental
-       Takipnea
-       Kehilangan tonus otot
o   Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
-       Riwayat hipertensi
-       Endokarditis
-       Penyakit katup jantung.    
                       
o   Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
-       Ansietas, khawatir, takut
-       Stress yang b/d penyakit
o   Pola nutrisi dan metabolik
-       Anoreksia
-       Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
o   Pola persepsi dan konsep diri
-       Kelemahan
-       pening
o   Pola peran dan hubungan dengan sesama
-       Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga

    2)  Pengkajian Fisik
a.    Inspeksi
  Pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela interkostal dan region epigastrium. Pada anak kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.

b.      Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Teraba getaraa bising pada dinding dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga ke II atau III kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kiri. Teraba tepi hati tumpul di bawah lengkung iga kanan
c.      Auskultasi
Pada DSA terdapat split bunyi jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan salah satunya petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta pulmonal bunyi jantung 2 pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut “fixed splitting” . Bising sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang besar maka bising mik diastolic berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke IV kiri atau kanan.

 II.  Diagnosa Keperawatan
1.          Penurunan curah jantung b/d Malformasi jantung
2.          Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal.
3.          Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi.
4.          Gangguan tumbuh kembang b/d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5.          Kerusakan integritas kulit b/d edema dan gangguan perfusi jaringan.
6.          Ansietas b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya.

III.  Intervensi Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung b/d malformasi jantung
Tujuan :           Klien menunjukkan tanda vital dalam batas yang normal yang ditandai dengan: disritmia terkontrol, tidak sesak, bebas  dari gagal jantung.
Intervensi :
1)          Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukan menurunnya nadi perifer. Pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
2)          Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membrane mukosa, clubbing).
Rasional :        Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit sering berwarnabiru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
3)          Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, tachikardia, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbital edema, oliguria)
Rasional :        Tanda-tanda CHF merupakan indikator penilaian terhadap adanya gagal jantung dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4)          Berkolaborasi dalam pemberian digoxin order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
Rasional :        Insiden toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya batas antara rentang terapeutik dan toksik. Digoxin harus dihentikan pada adanya kadar obat toksik, frekuensi jantung lambat.
5)          Berikan pengobatan untuk menurunkan after load.
Rasional :        Obat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
6)          Berikan diuretika sesuai indikasi.
Rasional :        Tipe dan dosis diuretic tergantung pada gagal jantung. Penurunan pre load paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti.
2.      Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
Tujuan :       Klien dapat menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat pada jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang ditandai dengan klien bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1)          Monitor kualitas dan irama pernapasan.
Rasional :      Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas.
2)          Berikan posisi semi fowler pada anak.
Rasional :      Menurunkan konsumsi atau kebutuhan oksigendan mempermudah pernapasan yang meningkatkan kenyamanan fisiologi dan psikologi.
3)          Anjurkan kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional :      Istirahat akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan kemampuan berpartisipasi dalam perawatan.
4)          Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional :      Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
5)          Berikan oksigen jika ada indikasi.
Rasional :      Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.
6)          Berikan obat diuretika seperti lasix. 
Rasional :      Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
3.      Intoleran aktifitas b/d kelemahan
Tujuan :     Klien dapat mempertahankan aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya, yang ditandai dengan menurunkan kelemahan dan kelelahan serta tanda vital dalam batas normal selama beraktivitas.
Intervensi :
1)          Periksa tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien menggunakan vasodilator atau diuretik.
Rasional :      Tanda-tanda vital dapat berubah setelah melakukan suatu aktivitas efek akibat obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretik) dapat mempengaruhi fungsi jantung.
2)          Ijinkan anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
Rasional :      Dengan memenuhi istirahat tidur dapat menghemat energi dan membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)          Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan.
Rasional :       Dengan permainan dan aktivitas ringan dapat mencegah kerja jantung secara tiba-tiba.
4)          Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas.
Rasional :       Memenuhi kebutuhan aktivitas atau permainan anak tanpa mempengaruhi stress miokard atau kebutuhan oksigen yang berlebihan.
5)          Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
Rasional :       Suhu lingkungan yang panas atau dingin dapat mengganggu rasa aman nyaman anak sehingga ia sering malas untuk beraktivitas.


















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu ; Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal;  Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan komponen endokardial  dari septum interventrikuler; Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot. Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan); Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang pada sekat antar ventrikel atau menambah defek dengan sepotong dakron. Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu ; Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal;  Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan komponen endokardial dari septum     interventrikuler; Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot. Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan); Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang pada sekat antar ventrikel atau menambah defek dengan sepotong dakron.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venosus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekunder yaitu kegagalan pembentukan septum sekunder dan efek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antara bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek dengan sepotong dakron.

B.     Saran
Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan, mahasiswa/i dapat menerapkan teori dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat terjadi kesinambungan dan keterikatan yang erat antara teori dan praktek nyata pada pasien di rumah sakit juga diharapkan agar mahasiswa/i dapat mengadakan pembaharuan melalui pendidikan tinggi keperawatan.























Daftar Pustaka

Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Hidayat,Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Medika

Roy & Simon. (2002). Lecture Notes Pediatrik, Jakarta : Erlangga.

Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC

Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika